(Panjimas.com) – Assalamu’alaikum, Sobat Panjimas. Semoga Allah SWT senantiasa mengistiqamahkan kita ya. Memilih kita sebagai pewaris negeri yang ngerti akan tugas dan tanggungjawabnya. Aamiin…
Sobat Panjimas yang ceria, Allah SWT taqdirin kita sebagai bangsa Indonesia, sebuah negeri yang sangat luas wilayahnya dan sangat banyak penduduknya. Dan yang mesti kita sadari, Sob, mayoritas penduduk itu adalah Muslim!
Negeri kita telah 71 tahun lepas dari penjajahan politik dan militer oleh Portugis, Ingris, Belanda, dan Jepang. Dan para mujahidin yang terdiri dari ulama dan para pengikutnyalah yang memerangi dan mengalahkan para penjajah tersebut. Hebat, bukan?! Ya, itu berkat rahmat Allah SWT.
Penjajahan saat itu adalah nyata tampak di depan mata. Penjajahan secara terbuka dan mereka sadari bersama. Jiwa mereka hidup, maka raga mereka bergerak dengan seluruh daya upaya penuh tawakkal pada Allah SWT.
Kemudian singkat kisah, setelah 350 tahun lebih mujahidin leluhur kita itu berjihad melawan penjajah yang adalah orang-orang kafir semua, pada 17 Agustus 1945, bangsa kita menyatakan kemerdekaannya. Indonesia menjadi sebuah negeri yang berdaulat secara politik, yang ditandai dengan pembacaan naskah Proklamasi.
Maka, Sobat, sejak itu sampai kini, setiap bulan Agustus, yang berpuncak pada tanggal 17, bangsa kita ngadain acara-acara peringatan Proklamasi Kemerdekaan.
Sobat Panjimas yang cerdas dan berwawasan luas, tentu kalian tau, bukan, kayak apa peringatan tersebut? Buanyak banget wujudnya, kan? Ada berbagai macam lomba, permainan, pertandingan olahraga, dan buanyaaak macam pokoknya. Lombanya pun digelar buat berbagai usia. Yang anak-anak ada, yang remaja ada, dan yang dewasa pun iya.
Selain berbagai perlombaan, banyak pula di berbagai daerah ngadain panggung hiburan. Ada dangdutan dan pentas-pentas lainnya.
Bahkan nggak hanya dengan gelaran-gelaran kayak itu aja, kan, peringatan kemerdekaan pun disimbolkan dengan menghias lingkungan sekitar dengan bendera merah putih berbagai bentuk dan ukuran, juga umbul-umbul aneka warna. Pagar dan tembok serta gapura dicat baru, dilukis dengan gambar dan tulisan tentang kemerdekaan, dan lain sebagainya.
Yah, kalo dituliskan di sini bakal panjaaang banget ntar. Makanya nggak usah aja ya? Iyalah, kan Sobat Panjimas udah tau kayak gimana lebih lengkapnya di lapangan sana.
Nah, sekarang nih saatnya. Ya, sekarang saatnya Sobat diam sejenak, bertafakkur, menerawang dengan akal pikiran, dengan hati penuh kejujuran. Coba bayangin gambaran wujud-wujud peringatan yang ada. Lalu cobalah Sobat renungi, coba Sobat petak-petakkan, mana manfaat dan mana madharat dari masing-masing acara, tontonan dan simbol/hiasan yang kita adakan.
Gimana, Sobat? Sebagai generasi muda Muslim, tentu semestinya memandang setiap hal dengan sudut pandang Islam. Dan kalo demikian, apakah Sobat menemukan hal-hal yang nggak sesuai dengan ajaran Islam di sana?
Misal aja ini ya. Kita bikin hiasan di jalan masuk kampung dengan bahan styrofoam, cat aneka warna, dan bahan-bahan sintetik lainnya. Dananya dari iuran warga. Lalu usai tanggal 17, hiasan itu udah nggak digubris lagi dan dicampakkan begitu aja. Lalu segera aja hiasan sementara tadi jadi sampah yang masuk ke selokan, dan terhanyut oleh air. Besar manfaatnya ataukah madharatnya, Sob? Bukankah itu jadi sebuah kemubadziran yang Allah SWT sebut sebagai tindakan saudaranya setan? Lalu apakah itu wujud peringatan macam itu mencerminkan kesyukuran kita akan tercapainya kemerdekaan?
Ingat, Sobat, para leluhur kita dulu bertaruh harta dan nyawa dalam berjihad memukul mundur kaum penjajah. Mereka bersusah payah dalam waktu yang amat panjang, turun-temurun. Maka apakah pantas kita malah menghamburkah dana yang akan segera terbuang dan ngebikin kerusakan dengan dalih memeringati kemenangan dari perjuangan mereka? Apakah itu perbuatan manusia yang punya hati dan paham agama?
Sobat, bukankah rasa syukur akan kemerdekaan ini lebih pas kalo kita wujudkan dengan membangun, memerbaiki bangsa dan negara secara ruhiyah dan fisiknya? Yang itu nggak hanya disimbolkan dam beberapa hari aja, namun kita wujud-nyatakan di sepanjang perjalanan masa? Ya, itulah yang mesti kita lakukan bersama. Bukan dengan menggelar tontonan dan memasang hiasan sementara, yang akan segera kita lupakan begitu aja!
Tapi, Sob, bukan artinya acara dan hias-menghias itu nggak baik dan nggak berguna semua. Bukan. Itu bisa aja baik, asalkan di setiap kegiatan, kita hadir dengan hati yang menghayati. Perlombaan-perlombaan itu hanyalah simbol bahwa buat mencapai kemenangan haruslah ada perjuangan. Nah, inilah yang mesti kita hayati dan mengerti, lalu kita wujudkan dalam keseharian. Hias-menghiasi itu simbol keindahan. Maknanya kita mesti meneruskan perjuangan para leluhur dengan membangun peradaban yang berkemajuan. Dan membangun bukan hanya dalam hal materi aja, melainkan juga ruhiyah, karena kepribadian yang baiklah yang dapat menjaga kelestarian dan kemanfaatan materi yang ada.
Maka itu, Sob, kita sebagai generasi muda Muslim, hendaklah bisa memilah dan memilih, acara apa dan hiasan apa yang bermanfaat, dan mana yang nggak ada gunanya dan malah melalaikan bangsa Indonesia dari tanggungjawab diri sebagai generasi pewaris kemerdekaan.
Selamat ngerayain HUT Kemerdekaan Indonesia yang ke-71. Semoga Sobat Panjimas mampu jadi motor perubahan, mampu adain kegiatan yang bermanfaat, yang mendorong bangsa ini untuk mampu dan mau menghayati arti perjuangan para leluhur di masa silam. Wallahu a’lam. [IB]