(Panjimas.com) – Assalamu’alaikum, Sobat Panjimas yang selalu semangat. Apa kabar? Baik, bukan? Semoga ya… Aamiin…
Yup, dalam edisi ini kita bakal ngebahas soal dakwah kreatif. Ya, dakwah dengan memanfaatkan berbagai media, khususnya di bidang seni dan budaya.
Sekarang banyak anak muda Muslim yang pandai dalam desain grafis. Maka seperti Ramadhan kemarin, di pinggir-pinggir jalan banyak dipasang poster-poster dakwah. Mereka mengajak masyarakat dengan bahasa dan grafis yang menarik agar rajin pergi ke masjid dan menjauhi maksiat maupun hal-hal yang nggak bermanfaat.
Di dunia musik pun nggak ketinggalan. Anak-anak muda Muslim yang hobi musik, nggak mengekspresikan kesukaannya dengan bermaksiat, dengan nyanyi-nyanyi lagu bertema pacaran. Sebaliknya, mereka dengan alat-alat musiknya berpentas membawakan lagu-lagu religi, dengan nasyid, hadrah, bahkan sampai rock cadas yang liriknya merujuk pada Al-Qur’an dan Hadits.
Dengan media yang terakhir ini, sebagian teman-teman kita mampu menarik simpati anak-anak PUNK yang hidup bebas di jalanan untuk mengenal Islam.
Nah, itulah sedikit dari sekian banyak model dakwah kreatif zaman sekarang. Lalu pertanyaannya, apakah dakwah kreatif udah ada sejak zaman nenek moyang? Jawabnya adalah iya. Dan salah satu tokoh terkenal dalam dakwah kreatif ini adalah Sunan Kalijaga, seorang ulama kharismatik yang berdakwah di Tanah Jawa. Beliau sangat kreatif menyisipkan pesan-pesan Islam ke dalam produk-produk seni budaya.
Berikut ini beberapa contoh hasil kreativitas beliau yang semoga aja bisa jadi inspirasi kita untuk lebih kreatif lagi dalam berdakwah. Mari kita simak bareng…
1. Punakawan
Punakawan adalah sekelompok tokoh pewayangan yang terdiri dari Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong. Silakan searching di internet untuk tau gimana tampang mereka. Ini perlu karena di setiap tampangnya ada makna yang terkandung.
Nama-nama mereka pun diambil dari istilah dalam Al-Qur’an. Misal Semar dari kalimah “simaar” yang artinya paku. Maknanya adalah bahwa paku itu semakin dalam menancap, maka semakin kokoh. Artinya, semakin dalam memahami Islam, maka semakin kuatlah iman kita.
Contoh lain Petruk. Ia berasal dari kalimah “fatruk” yang lengkapnya “fatruk kulluman siwallahi”. Artinya ninggalin apa aja selain Allah SWT. Nah, ini dipakai oleh Sunan buat menanamkan tauhid kepada masyarakat Jawa waktu itu.
2. Tumpeng
Tumpeng adalah nasi yang dibentuk kerucut yang dikelilingi sayuran hijau dan lauk. Ia biasa dihidangkan dalam peringatan hari kelahiran.
Lalu apa makna di balik nama tumpeng? Tumpeng berasal dari istilah Jawa “tumekaning panguripan” atau ujung kehidupan, yakni kematian. Maka Tumpeng dipakai dalam upacara peringatan kelahiran agar orang ingat bahwa satu saat nanti akan meninggal dunia.
3. Waluku
Waluku adalah alat pembajak sawah tradisional yang ditarik oleh sapi atau kerbau.
Nah, alat itu punya beberapa bagian yang masing-masingnya punya nama. Diantaranya adalah:
A. Cekelan (pegangan). Maknanya, orang hidup harus punya pegangan, yakni Al-Qur’an dan Sunnah.
B. Pancatan (pijakan). Maknanya, setiap perbuatan harus memiliki dasar pijakan, yakni ilmu yang bersumber dari Wahyu Allah SWT.
C. Tandhing (lawan). Maknanya, orang hidup harus bisa membedakan haq dan batil.
D. Singkal, dari istilah “sugih akal” (kaya akal). Maknanya, orang hidup harus kreatif agar bisa membangun peradaban dan meningkatkan taraf hidup.
E. Kijen, dari kata “ijen” (sendiri). Maknanya, orang hidup harus sadar bahwa kelak bakal sendiri di alam barzakh dan sendiri dalam memertanggungjawabkan amal.
Itulah beberapa produk budaya yang dijadikan sarana dakwah oleh Sunan Kalijaga di tanah Jawa. Beliau mengamati peta budaya masyarakat setempat sebelum berdakwah. Setelah cukup paham, beliau bikin cara yang kiranya bisa diterima dengan mudah, lalu diterapkannya dalam berdakwah.
Kalo Sunan Kalijaga bisa, insya Allah kita, Sobat Panjimas, juga bisa mengkreasi cara-cara kreatif yang bisa dengan mudah diterima masyarakat saat ini, di negeri ini.
Wallahu a’lam bishshawwab. Selamat berjuang! Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuhu. [IB]