(Panjimas.com) – Sobat Panjimas yang baik hatinya, assalamu’alaikum… Gimana kalian punya kabar di awal Syawal ini? Moga aja tetap ngejaga spirit Ramadhan kemarin ya. Aamiin. Dan bila benar begitu, salah satu wujud nyatanya adalah dengan shaum Syawal. Hayo, udah pada ngelaksanain, belum..? Ayo-ayo dimulai segera…
Emmm… Sob, enaknya kita mau ngebahas apaan ya? Oya, ini kan tahun ajaran baru, pasti banyak deh Sobat Panjimas yang pada berada dalam lingkaran itu. Maksudnya, pada mau masuk di sekolah atau perguruan tinggi, atau tempat kerja yang baru. Yang artinya, Sobat bakal masuk ke lingkungan baru, dan mulai bergaul dengan orang-orang baru.
Nah, biar nantinya Sobat bisa dengan mudah beradaptasi dan menjadi pribadi yang mencahayai, baiknya kita pelajari dulu kiat-kiat jitu dari Panjimas berikut ini.
Simpel sih sebenarnya. Intinya, di lingkungan mana aja, terlebih yang baru, seorang Muslim yang baik hendaknya berperan sebagai pribadi yang mencerminkan wajah Islam. Dan normalnya si gitu, karna kan kita Muslim. Kalo yang dicerminkan bukan wajah Islam, berarti ada masalah tuh. Hayo, siapa yang ngerasa??? Hehehe…
Sebagai Muslim, ngejaga aqidah adalah hal utama. Namun kadang, atawa bahkan sering kejadian, cara bersikap di lingkungan yang kurang ngedukung penjagaan aqidah, bikin kita kurang tepat dalam bersikap. Yang sebenarnya maksudnya baik, tapi karena nggak tepat cara mengekspresikannya, buntutnya terjadi persoalan. Kesalah pahamanlah, atau paling enggak kecanggungan dalam bergaul.
Nah, guna mengatasi persoalan ini, hendaknya kita menerapkan etika/akhlaq yang benar, yang bijaksana, yang kaffah, nggak setengah-setengah.
Saking urgennya persoalan akhlaq dalah pergaulan, Nabi SAW sampai bersabda, “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlaq yang baik.” (HR. Ahmad)
Nah, sekarang bagaimana wujud kemuliaan akhlaq tersebut di lingkungan yang baru kita masuki? Yuk kita simak!
- Ramah
Di lingkungan baru, sangat wajar kalo kita nemuin hal-hal yang nggak kita suka. Namun demikian, kita mesti jaga kesabaran. Jangan sampai belum apa-apa udah pasang tampang kebencian.
Dengan kebencian, dengan sikap sok benar sendiri, kita nggak bakal bisa mengubah kemungkaran. Alih-alih mengubah, yang terjadi malah pertengkaran. Nah, makanya kita mesti ngejaga sikap manis dalam menghadapi hal-hal yang buruk di depan mata. Kita harus ngejaga keramahan dengan orang lain yang ngelakuin kemungkaran. Hal ini sebagai upaya agar hati mereka melunak dan mau menerima kebaikan dan benenaran.
Oya, kata “ramah” jangan melulu diartiin sebagai sikap rajin ngajakin ngomong lho ya. Keramahan nggak harus berwujud ucapan, namun bisa juga diwujudkan dengan senyum dan sikap diam namun penuh ketawadlu’an. Karena karakter orang kan beda-beda. Ada yang secara alamiah pandai bicara, namun ada juga yang pendiam.
Dan soal senyum, jangan kira itu amal shalih yang remeh. Nabi SAW aja bersabda bahwa senyum di hadapan saudara kita adalah shadaqah. Tapi senyum di sini harus yang tulus. Senyum sinis dan ejekan tentu nggak termasuk shadaqah, bahkan bakal memicu pertengkaran.
- Jaga Penampilan
Dalam hal penampilan, ada hal prinsip yang mesti kita pahami. Yakni bahwa keindahan di mata setiap orang itu beragam. Bisa jadi menurut kita, penampilan yang kita terapkan pada diri kita itu indah, tapi ternyata orang lain nggak suka dengan gaya itu.
Nah, maka di lingkungan yang baru, kita mesti memahami selera orang lain juga, jangan kedepanin ego pribadi sesuka hati. Yah, intinya demi ngejaga kenyamanan bersamalah.
Tapi bukan artinya kita mesti nerapin gaya yang jadi selera mereka lho, karena gimana pun itu nggak bakalan bisa. Kan selera orang tuh beragam. Makanya, tetaplah jadi diri sendiri dengan gaya sesuai selera pribadi, namun harus bisa menempatkan diri. Bahasa lainnya bersikap moderatlah, jangan menampilkan sesuatu yang bisa memicu ketidaknyamanan pergaulan. Itu aja.
- Kenali Karakter Orang Lain
Berkait dengan poin 1 dan 2, hendaknya kita berusaha mengenali pribadi teman-teman baru di sana. Dan ini emang butuh waktu. Maka, di awal masa memasuki lingkungan baru, kita mesti berupaya ngebuka mata lebih lebar. Kita mesti rajin ngebaca kondisi sosial di sana. Dari komunikasi yang terjalin, insya Allah secara bertahap kita bakalan tahu, gimana sifat dan karakter setiap teman kita.
Nah, kalo kita udah kenal gimana pribadi mereka, syukur latar belakangnya juga, maka kita bakal bisa lebih tepat dalam cara bersikap dan bergaul dengan mereka.
- No Sombong
Kesombongan adalah biang keladi kemungkaran, bahkan kesyirikan. Iblis menentang perintah Allah SWT karena sifat sombongnya. Fir’aun pun begitu juga. Dan berangkat dari sifat tercela satu ini, pada akhirnya mereka dijanjikan masuk neraka.
Maka dalam Al-Qur’an surat Luqman: 18, Allah SWT menyebut nasihat Lukman, seorang tokoh kebijaksanaan, kepada putra beliau, agar tidak sombong, agar ngejaga sikap dalam pergaulan dengan sesama.
Kesombongan sejatinya bermula pada kebodohan semata. Yakni kebodohan dari pengetahuan dan keyakinan bahwa Allah SWT-lah yang memiliki segala kebaikan dan kemampuan. Sedangkan kita, manusia, gak bisa ngapa-ngapain tanpa kehendak dan pertolonganNya.
Selain karena kebodohan, kesombongan ada karena kelemahan kita. Ya, kelemahan kita dalam melawan tipu daya setan. Walau sudah tau kalo Allah SWT yang kuasa dan kita nggak bisa apa-apa, tapi kalo kita lemah dalam melawan bisikan setan, penyakit kesombongan pun akan menjangkiti, dan kita akan binasa karena itu kalo nggak mendapat ampunan dan rahmahNya.
Yah, itu tadi kiat-kiat singkat biar Sobat Panjimas yang akan masuk ke lingkungan sekolah, kuliah, atau kerja yang baru, bisa menjadi pribadi yang benar-benar berwajah dan berjiwa Islami, yang rahmatan lil ‘alamiin. Semoga!
Wallahu a’lam bishshawwab, wassalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuhu. [IB]