(Panjimas.com) – Assalamu’alaikum, Sob. Gimana kabar khabar Antum hari ini? Udah sepertiganya ya, Ramadhan tahun ini kita tapaki? Hmm… nggak terasa. Semoga Allah SWT kehendaki kita buat bisa menjalani ibadah Ramadhan hingga tuntas dan kiat berkualitas.
Yup, karna masih momen Ramadhan, di edisi kali ini, Sobat Panjimas kita ajak buat memerhatikan salah satu budaya masyarakat kita di Bulan Suci, yaitu berbagi takjil.
Masya Allah wal hamdulillahi Rabbil ‘alamiin, beberapa tahun belakangan ini geliat dan semangat masyarakat Indonesia dalam berbagi takjil atau menu buka puasa sangatlah terasa. Nggak cuma di masjid-masjid, kantor-kantor pemerintah maupun swasta pun nggak mau ketinggalan berbagi takjil. Entah itu berupa kurma, nasi dus atau nasi bungkus, atau ada juga yang berbagi kolak. Ya, kolak, menu khas buka puasa di negeri ini.
Bahkan komunitas-komunitas minat dan hobi pun mengadakan kegiatan serupa. Mereka berbagi paket-paket menu takjil di perempatan jalan atau di public area yang dirasa strategis. Abang-abang becak jadi nggak perlu keluar duit kala adzan Maghrib menjelang tiba, karna udah ada beberapa anak muda yang menghampiri dan ngasih bingkisan kecil buat mereka. Masya Allah, pokoknya, di bulan Ramadhan, terutama di kota, menu takjil melimpah ruah di masjid-masjid dan ruang-ruang publik.
Nah, menatap realitas tersebut, gimana baiknya kita sebagai remaja Muslim? Apakah cuma senyum-senyum dan larut di dalamnya begitu aja, atau mencoba mencermati dan mengamati, adakah persoalan yang mesti diperbaiki dalam kemeriahan budaya ini? Yuk kita berpikir!
Remaja Muslim harus punya mental kritisisme tinggi dong, kalo mau peradaban Islam semakin berkemajuan. Iya, nggak?
Yup, oke. Dan ternyata emang ada beberapa hal yang perlu kita cermati buat dikoreksi dan diperbaiki di sana. Dan di sini, kita akan mencoba mengupas satu aja, yaitu kemasan atau wadah menu takjil.
Sobat Panjimas yang cerdas, tentu kita semua udah tau, kan, kalo kita ngasih menu buka buat orang berpuasa, Allah kasih pahala seperti pahala puasa orang tersebut. Tapi, sikap kita sebagai Muslim terhadap kesehatan masyarakat dan kelestarian lingkungan, juga pasti dan pasti Allah bakal menilainya. Maka itu, dalam memilih bahan kemasan menu takjil pun, kita juga mesti pakai perhitungan manfaat dan madharat. Asal praktis aja nggak cukup, karna bahan kemasan itu memengaruhi ke-thayyib-an makanan di dalamnya.
Nah, di sini kita coba akan mengenal secara singkat kelebihan dan kekurangan beberapa jenis kemasan makanan. Sehingga, kita bisa memilih yang mana yang sebaiknya kita pakai.
- Daun Pisang dan Jati
Daun pisang dan daun jati, selain merupakan bahan organik yang tentunya sehat, kedua jenis daun tersebut sekaligus bisa jadi penyedap aroma, apalagi kalo membungkusnya saat makanan masih panas. Juga, sampah bekas kemasan ini tergolong sampah organik yang nggak merusak lingkungan dan bisa dibikin kompos.
Kekurangan dari kemasan ini, harga dan persediaan terbilang mahal kalo di kota. Juga nggak kuat disimpan lama. Tapi buat remaja Muslim, tentu hal ini malah akan jadi tantangan yang berbuah ide cemerlang dong. Misal aja ide budidaya daun, biar lebih mudah didapat dan harganya bisa ditekan.
- Besek
Besek adalah box yang terbuat dari anyaman bambu. Besek sehat sebagai wadah makanan karna juga alami. Kalo bambunya masih segar, besek pun bisa jadi penyedap aroma buat makanan di dalamnya. Besek juga bisa dicuci dan dipakai lagi sampai berulang kali. Selain itu, bisa juga kalo mau dimanfaatkan sebagai pot sayur dan tanaman hias.
Kekurangannya, harga lebih mahal daripada kardus, mika, dan styrofoam.
- Plastik (kantong, gelas, mika box)
Plastik memiliki kelebihan bisa buat wadah minuman dan makanan berkuah. Bentuknya yang aneka macam tersedia di pasaran, bisa disesuaikan dengan kebutuhan.
Kekurangannya, jika dipakai buat wadah makanan/minuman panas, akan mengeluarkan zat beracun yang bakal menempel di makanan dan ikut kita asup. Hal ini berpotensi menimbulkan kanker dan timbunan toksin di tubuh. Apalagi plastik daur ulang yang baunya menyengat itu, buat tempat makanan dingin pun tetap berbahaya. Sampahnya pun, kalo nggak didaur ulang atau dipakai ulang, bakal jadi musibah besar buat lingkungan (masalah ini udah kita bahas di edisi sebelumnya).
- Box Styrofoam
Kelebihan styrofoam sama kayak plastik. Tapi dampak buruknya buat kesehatan tubuh jauh lebih mengerikan. Pun dampak buat lingkungan.
Styrofoam adalah bahan yang nyaris nggak bisa didaur ulang. Dalam proses pembuatannya pun harus menimbulkan polusi berupa 50-an jenis gas beracun. Pengaruh buat makanan/minuman, semakin tinggi kadar lemak dan suhu, semakin banyak zat beracun yang bakal nempel di sana dan ikut masuk ke tubuh. Ngeri deh, maka jangan pakai wadah jenis ini. Karna pada mulanya pun, bahan ini bukan buat wadah makanan, tapi buat penghalang panas pada alat rumah tangga dan industri.
- Dus dan Kertas Minyak
Takjil berupa makanan berat kayak nasi, paling banyak dikemas dengan dus atau kertas minyak. Kertas, meski bahan dasarnya tumbuhan, tapi dalam poses pembuatannya udah dicampur bahan sintetis. Maka sebaiknya, daun pisang dipilih buat pelapis dalamnya. Baik pada dus maupun kertas minyak.
Untuk kertas minyak, lapisan dalamnya kan plastik. Nah, itu juga nggak baik buat mengemas makanan panas. Maka sebaiknya juga dilapisi daun pisang.
Untuk sampah bekas kemasan dari kertas, sebenarnya nggak begitu jadi masalah buat lingkungan kalo sampai nggak terdaur ulang. Dibakar pun juga nggak begitu bikin polusi. Tapi untuk dus yang berwarna, pigmennya akan jadi masalah tersendiri ketika tertimbun di tanah atau larut di air.
Dan satu lagi catatan penting buat kemasan kertas. Biasanya masyarakat kita memanfaatkan koran/LKS bekas buat kemasan makanan. Hal ini bagus karna sebagai wujud pemanfaatan sampah. Tapi, kadang di kertas itu terdapat ayat Al-Qur’an atau lafadz Allah. Nah, ini yang sering nggak diperhatikan. Ingat, hal ini harus dihindari. Jangan sampai kita marah besar saat dengar kabar terompet dari sampul Al-Qur’an, tapi dengan enteng memakai kertas yang ada ayat Al-Qur’an-nya buat wadah makanan. Maka itu kita mesti jeli, karna ini penistaan. Oke?!
Yah, itulah sedikit gambaran jenis-jenis bahan kemasan yang biasa dipakai oleh masyarakat kita. Ingat, jangan sampai niat baik kita berbagi takjil, karna kurangnya pengetahuan perihal kesehatan dan dampak lingkungan, malah akan menimbulkan musibah di kemudian hari. Makanya, yuk berlatih bijak, yuk berlatih kreatif dan innovatif, agar takjil yang kita bagikan jadi lebih berbarakah, aamiin. Remaja Muslin gitu loh! Wallahu a’lam. [IB]