Ny. Hj. Dra. Anisah Fathimah Zarkasyi merupakan salah satu pengasuh pengasuh putri pondok pesantren Al-Amien Prendungan. Lahir pada tanggal 2 Agustus 1951 di Gontor. Beliau lahir dan tumbuh di kawasan pesantren yang kini terkenal dengan nama Pondok Modern Gontor Darussalam sebagai anak ke 5 dari 11 bersaudara.
Sebagaimana dikutip dari majalah Warkat (Warta Singkat) Profil Pondok Pesantren Al-Amien Prendungan, Sumenep, Madura yang diterbitkan pada April 2021/Sya’ban 1442 H. Pada saat masih anak-anak beliau menempuh pendidikan di sebuah lembaga pendidikan yang pada saat itu dikenal dengan sebutan SR (Sekolah Rakyat), yaitu sejak tahun 1957-1963, kemudian melanjutkan pendidikannya di Madrasah Muallimat Muhammadiyah pada tahun 1963-1968 hingga akhirnya melanjutkan pendidikannya S1 di IAIN Sunan Kali Jogo, Yogyakarta pada tahun 1968-1975.
Sejak remaja, Nyai dengan nama lengkap Hj. Dra. Anisah Fathimah Zarkasyi tersebut sudah aktif mengikuti berbagai organisasi, diantaranya adalah Persatuan Pelajar Mu’allimat dan juga Ikatan Pelajar Muhammadiyah. Namun meski beliau belajar dan aktif dalam berbagai organisasi Muhammadiyah, bukan berarti justru condong pada satu golongan, bahkan ayah beliau yaitu K.H. Imam Zarkasyi rohimahullah selalu berpesan bahwa beliau boleh aktif dalam berorganisasi hanya sebatas untuk belajar dan mencari pengalaman organisasi.
Pada saat duduk di bangku kuliah, beliau juga pernah aktif dalam organisasi Himpunan Mahasiswa Indonesia atau dikenal dengan sebutan HMI, serta aktif mengikuti berbagai macam seminar serta berbagai kursus kewanitaan, karena bagi beliau dari organisasi serta berbagai kegiatan yang beliau ikuti tersebut ada banyak pengetahuan serta pengalaman yang didapatkan.
Pada tahun1975 beliau dipersunting oleh Alm. KH. Moh. Tidjani Djauhari yang merupakan salah satu murid dari ayah beliau K.H. Imam Zarkasyi. Karena itulah akhirnya beliau menjadi salah satu bagian dari pengasuh putri Al-Amien Prendungan.
Ada satu obsesi terbesar yang dimiliki oleh Ny. Hj. Dra. Anisah Fathimah Zarkasyi, yaitu ingin mencetak para muslimah yang kaffah. Yaitu seorang muslimah shalihah yang ketika menjadi istri, ia bisa menjadi istri yang baik dalam rumah tangganya dan ketika menjadi seorang ibu, ia bisa mendidik anak-anaknya dengan pendidikan terbaik, karena peran terbesar seorang wanita menurutnya adalah ketika ia berada dalam sebuah bahtera rumah tangga.
Obsesi dan pemikiran beliau tertuang dalam statuta profil alumni TMI putri yaitu, shalihah lil nafsihaa, ra’iyah fil bait zaujihaa, murobbiyyah liawlaadihaa waa roodiah li qoumiha. Apa yang terkandung dalam statuta tersebut tak dapat ditukar dan dibalik urutannya, karena jika seorang wanita telah menunaikan tugasnya dengan baik sebagai istri dan pendidik bagi anak-anaknya, maka barulah Ia dapat berkiprah untuk menjadi pemimpin yang baik bagi kaumnya.
Nyai yang memiliki delapan putra dan putri tersebut dimata santriwati merupakan sosok panutan yang tangguh. Kalimat yang sering beliau ucapkan kepada santriwati yaitu “Jangan pernah menjadi wanita yang lemah”. Kalimat itulah yang seringkali mengingatkan para santriwati pada sosok beliau meski beliau lahir jauh sebelum para santrinya, namun pemikirannya selalu sesuai dengan keadaan yang dihadapi santri saat ini. Ada pesan dari Nyai Hj. Dra. Anisah Fathimah Zarkasyi kepada santrinya yang dikutip dalam buku ini.
“Teruntuk para santri, untuk saat ini belajarlah dengan baik, belajar mempersiapkan diri menjadi ibu, pendidik dan pemimpin yang baik. Entah menjadi guru atau apapun nanti, persiapkan dari saat ini jangan separuh-separuh dan jangan santai. Perbaiki ibadah, jangan sembarangan. Bercita-cita seperti apapun maka perbaki sholatmu. Tak usah mencari muka pada siapapun, tapi carilah muka pada Allah. Ingin menjadi dokter? minta dari sekarang. Ingin mendapat suami yang baik? minta dari sekarang. Jangan nanti karena pasti akan terlambat. Sekali lagi belajar yang benar mumpung masih ada waktu dan kesempatan. Bayangkan saja kamu akan menjadi seorang Nyai, karena di Pondok Pesantren Al-Amien Prendungan ini kamu dididik untuk menjadi seorang pendidik dan da’iyah sedangkan seorang Nyai harus memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas atau bayangkan saja kamu akan menjadi seorang ibu atau pakar di masyarakat agar kamu bisa mempersiapkan diri dengan baik,” tuturnya.