BRUSSELS, (Panjimas.com) — Dua pelaku menyerang seorang gadis Muslimah berusia 19 tahun di kota Anderlues di Belgia, Senin (02/07) malam.
Bahkan para penyerang merobek pakaian muslimah itu, dan menyerangnya sehingga terdapat bekas luka di bagian dada, kaki, dan perutnya yang ditimbulkan oleh benda tajam.
Penyerang mendekatinya dan menghalangi jalannya sebelum kemudian merobek jilbab. Bahkan mereka tidak berhenti di situ. Mereka juga merobek bajunya, memperlihatkan bagian atas tubuhnya.
Ketika ia mencoba melarikan diri, dua penyerang itu mulai memanggilnya “Arab Kotor” [“Filthy Arab”] sebelum secara fisik menyerang gadis muslimah itu.
Mereka mendorongnya ke tanah dan menggunakan benda tajam untuk melukai bagian tubuhnya, menurut laporan TRT World. Luka dibuat menyerupai bentuk salib.
Segera setelah itu, penyerang melarikan diri dari tempat kejadian.
Philippe Tison, Walikota Anderlues menyatakan keterkejutan melalui unggahan Facebooknya, dua hari usai serangan itu.
“Saya terkejut mendengar bahwa agresi rasis terhadap salah satu perempuan kami dilakukan di Anderlues Senin ini. Ini adalah tindakan keji dan tercela yang membuat semua pejabat terpilih dan seluruh penduduk,” tulisnya.
Juru Bicara Inter-federal Centre for Equal Opportunities (UNIA) Bram Sebrechts mengatakan bahwa serangan itu dimotivasi oleh Islamophobia, demikian menurut pendapatnya, dikutip dari Anadolu.
Namun, Kantor Kejaksaan Charleroi akan membuat keputusan tentang sifat serangan itu, ujar Bram Sebrechts.
Sebrechts menambahkan kantor Kejaksaan nantinya akan menghubungi korban setelah adanya konfirmasi lebih lanjut.
Ia mengatakan Umat Islam terus menjadi target meningkatnya serangan anti-Muslim, ujar juru bicara UNIA ini.
Serangan Islamofobia secara bertahap berkembang pesat dan ini perlu dihindari, imbuhnya.
Sementara itu, Anggota Parlemen Belgia yang memiliki darah Turki, Mahinur Ozdemir mengatakan, gadis muslimah itu keluar pada malam hari untuk mencari kucingnya ketika dia kemudian diserang secara brutal hingga menimbulkan luka di dada, kaki dan perutnya..
Ozdemir mengatakan muslimah yang menjadi korban serangan itu bisa saja dibunuh.
“Jika tindakan-tindakan tidak segera diambil, sayangnya akan mustahil untuk mencegah serangan seperti itu,” ujarnuya memperingatkan.
Meningkatnya intensitas serangan bermotif Islamophobia dan kebencian terhadap para imigran dalam beberapa tahun terakhir di wilayah Eropa dipicu oleh propaganda-propaganda dari partai-partai sayap kanan dan populis, yang mengeksploitasi ketakutan atas krisis pengungsi dan terorisme.[IZ]