(Panjimas.com) – Perempuan adalah aset sebuah peradaban. Bahkan disetiap zaman keberadaanya disebut – sebut sebagai tiang negara. Tiang adalah penopang dalam artian bahwa perempuan adalah penopang peradaban, agar dapat berdiri kokoh dan kuat. Inilah posisi perempuan yang sangat vital, dari tangan merekalah terlahir generasi terbaik yang akan mengisi dan membangun peradaban. Tidak berhenti disitu, selain peran domestik dalam mempersiapkan dan mendidik generasi perempuan juga memiliki andil dalam sektor publik. Perempuan bisa berkarya dan berdaya untuk ummat. Mereka juga memiliki peran yang sama dengan kaum laki laki dalam menegakkan al haq dan mencegah yang bathil (amar ma’ruf nahi munkar).
Sejalan dengan visi misi negara dimana supaya perempuan dapat berperan optimal baik ranah domestik maupun publik (peran vitalnya) maka negara wajib memenuhi kebutuhan perempuan akan pendidikan. Dengan kecerdasannya ia akan mampu mendidik sosok pemimpin peradaban yang mulia. Islam memandang bahwa setiap muslim baik laki laki maupun perempuan wajib terpenuhi kebutuhannya akan pendidikan. Hal ini sejalan dengan perintah Allah dan RasulNya. Pendidikan menjadi kebutuhan primer yang wajib dipenuhi oleh negara tanpa membedakan gender, apakah ia laki – laki atau perempuan. Disinalah baik laki-laki maupun perempuan saling berlomba dalam menuntut ilmu dan mengajarkannya demi meraih pahala dan kebaikan sebesar – besarnya.
Sedikit berkisah, mungkin beberapa dari kita ada yang ingat dengan sebuah mini movie yang berjudul “1001 inventions and the library of secret” yang meraih banyak penghargaan di tahun 2010. Film pendek ini bercerita tentang “golden ages” atau juga disebut “the moslem civilisation”. Yang menjadi perhatian disini adalah diantara ilmuan dan penemu laki – laki ternyata ada juga seorang ilmuwan perempuan yang karyanya bisa kita nikmati hingga sekarang. Beliau adalah Mariam “al-Asturlabi” Al Ijilya seorang ilmuwan dan penemu di abad ke-10 masehi. Penemuannya menjadi cikal bakal dalam bidang ilmu astronomi. Bagaimana menentukan posisi matahari, planet dan navigasi. Hingga satelit modern zaman sekarang pun adalah berkat sumbang sih beliau. Luar biasa brilian bukan perempuan dalam islam? Masih di abad 10 Masehi Labana dari Cordoba beliau ahli dalam matematika dan sastra. Beliau mahir dalam memecahkan masalah geometri dan aljabar yang paling komplek sekalipun.
Di dalam pemerintah Islam perempuan bebas mengakses pendidikan baik di rumah, di sekolah, masjid, perguruan tinggi dan lembaga pendidikan lainnya. Bukan hal aneh jika ditemukan 8000 an lebih ulama hadits perempuan oleh Mohamed Akram (cendekiawan muslim modern India) dalam sebuah proyek yang menghantarkannya hingga menelusuri kamus biografi, teks teks klasik, sejarah madrasah dll. Selama penelusurannya ke 1400 tahun silam, beliau mengira hanya akan menemukan 20-30 cendekiawan perempuan namun beliau menemukan 8000 dan ini adalah hal yang luar dugaan. Perempuan juga sangat terpelajar dalam pemerintahan Islam. Disarikan dari ‘A secret History’ oleh Carla Daya diterbitkan dalam majalah New York Times 25 Februari 2007.
Penemuan yang luar biasa lagi, Ruth Roded dosen senior sejarah Islam dan Timur Tengah Universitas Ibrani Yerusalem menyatakan bahwa dalam dokumen sejarah dinyatakan bahwa proporsi dosen perempuan di perguruan tinggi islam klasik lebih tinggi dibanding proporsi dosen perempuan di universitas Barat saat ini.
Tak kalah menarik di dalam sejarah kekhilafahan Islam, perempuan juga banyak menekuni bidang kedokteran. Prof Nil Sai, guru besar Fakultas Kedokteran Cerrahpahsa Universitas Istanbul turki mengungkapkan dalam penelitian beliau. Bahwa perempuan juga menangani pasien laki – laki, dan apabila dokter perempuan di istana tidak mampu menyembuhkan pasien wanita maka akan dipanggil dokter perempuan dari luar istana. Satu catatan yang juga ditemukan di Topkapi ada dokter perempuan yang termashur yang dikenal dengan Kajime Kadin, Abad 17 Masehi. Dokter perempuan yang juga terkenal di abad ke 19 Masehi bernama Meryem Kadin, pada masa pemerintahan Turki Utsmani. Juga tercatat dalam sejarah seorang dokter perempuan istana Yildiz 1872 M Tabibe Gulbeyaz Hatun, dia mempunyai gaji 200 akces perbulannya.
Sedikit dari beberapa tokoh perempuan melegenda pada masa kejayaan pemerintahan Islam “Golden Ages” ini membuktikan bahwa selain sebagai pendidik generasi dan melakukan peran domestik dalam rumah tangga. Perempuan di masa pemerintahan islam juga aktif berpartisipasi dalam ranah publik. Negara Islam senantiasa mendorong warga daulah baik laki – laki maupun perempuan untuk berlomba dalam memberikan kebaikan teruntuk umat. Bagi perempuan yang memiliki karir dan kepandaian yang superiorpun tak ada perasaan merasa lebih diatas kaum lelaki. Sebab mereka tunduk terhadap syariat, dan hanya keridhoan Allah yang hendak mereka raih. Inilah sebuah dimensi peradaban yang unik dan dinantikan sepanjang masa. [RN]
Penulis, Ana Ummu Al Fatih
Tinggal di Kedamean, Gresik.