SUKOHARJO,(Panjimas.com) – Akhwat Bergerak, wadah aksi sosial Peggi Melati Sukma telah sampai ke Negri Palestina. Namun 3 tahun terakhir, dia tidak bisa mengakses Negara jajahan Isriael itu, untuk mengirimkan bantuan lewat relawan Aksi Cepat Tanggap (ACT) yang digandengnya.
“InsyaAllah kami punya program di Palestina, Suriah dan Uigur, khusus di Palestina kami punya program Pendidikan Anak-anak Cacat. Kami berusaha membangun sekolahan yang dibom zionis Israel, hanya di Jalur Gaza tiga tahun terakhir ini kita serahkan uang pada relawan kita yang di sana. Sebab tidak ada jalur masuk dan jalur keluar” ucap Peggi di Masjid Baitul Amin Ngruki, Kamis (13/10).
Selain itu, Peggi juga bersama ustadz di Indonesia bersinergi membangun Jalur Gaza. Kebutuhan yang paling pokok bagi anak-anak Jalur Gaza menjadi prioritas Peggi.
“Ustadz Yusuf Mansur membangun Rumah Tahfidz, AA Gim membangun masjid, MER-C membangun Rumah Sakit, kami membangun Sekolah. Kita distribusikan uang karena kita punya mitra-mitra di Jalur Gaza yang bekerja untuk mengelola pembangunan disana” ujarnya.
Bantuan Mesin jahit yang telah disalurkan guna merealisasikan program Istri Syuhada membuat produksi pakaian telah sampai. Namun kebiasaan sehari-hari masyarakat Jalur Gaza menurut Peggi, selalu berhadapan dengan bom-bom Israel yang dijatuhkan. Hal itu menjadi pemandangan yang wajar di Jalur Gaza.
“Jadi kalau saya lagi telpon disana, wewewe tunggu-tunggu ada bom dijatuhkan. O dua kilo sudah kita bicara lagi. Itu disana kayak gitu kehidupan mereka sehari-hari. Nanti tinggal dicek siapa yang jadi korban, ada wanita, ada wanita hamil, anak-anak, satu keluarga terus seperti ini” kata Peggi.
Apa yang telah dilakukan Peggi untuk membantu di Jalur Gaza sangatlah kecil. Ada 1,8 juta manusia terkurung dalam penjara besar yang namanya Jalur Gaza. Berita kematian setiap hari membuat Peggi meneteskan air mata saat menyampaikan di hadapan jamaah.
“1,8 juta manusia yang terkurung di Jalur Gaza, 80 persennya berada pada garis kemiskinan. Kita baru bisa bantu 500 orang yang bisa kita data, jadi ini sangatlah kecil. 40 persen dari oarang miskin itu tidak punya tempat tinggal. Saya dapat kabar kalau musim dingin, ada yang meninggal setiap hari” katanya. [SY]