TULKAREM, (Panjimas.com) – Gadis Palestina kembar tiga bernama Israa, Alaa dan Doha Othman terpaksa berpisah setelah selama 18 tahun ketiganya berbagi segala sesuatu bersama-sama.
Gadis Muslimah kembar tiga itu berasal dari kota Tulkarem di wilayah Tepi Barat yang dijajah zionis Israel. Ketiganya baru saja lulus dari SMA/MA dan kemudian mereka memutuskan mendaftar di program yang berbeda di universitas.
“Ini adalah pemisahan sementara, tetapi masih memiliki dampak yang sulit pada kami. Kami bergabung pada jurusan yang berbeda selama penelitian di universitas kami. Untuk pertama kalinya, kami tidak akan duduk di kelas yang sama,” kata gadis palestina bermaa Doha Othman.
Kemudian Alaa mengatakan: “Kami biasanya dulu pergi ke sekolah bersama-sama, pulang ke rumah bersama-sama, belajar bersama, melakukan pekerjaan rumah bersama-sama dan bahkan duduk ujian bersama dan hampir mendapatkan hasil ujian yang sama.”
Di ujian akhir mereka. Ketiga gadis Palestina itu meraih hasil yang sangat memuaskan, dengan Doha Othman mencapai hasil 94,8 persen rata-rata, Alaa mendapatkan 95,1 persen dan Israa yang mendapatkan hasil 96,8 persen.
Kehidupan Sulit
“Saya sangat senang dengan keberhasilan anak-anakku,” ujar ayah dari gadis kembar tiga ini, Othman, lebih lanjut Othman mengatakan, “tetapi masalah yang besar adalah bahwa mereka semua akan ke universitas bersama-sama dan saya tidak mampu membayar biaya untuk mereka semua.”
Sang ayah [Othman], memegang gelar Bachelor of Science (BA Sarjana Strata Satu dalam ilmu komputer, tetapi ia hanya bekerja sebagai sopir taksi. Dengan pendapatannya sebagai sopir taksi ia hanya mampu menyekolahkan kedua anaknya ke universitas, namun itupun keduanya tidak dapat menempuh studi secara bersamaan.
Karena kekurangan biaya kemudian Othman meminta Kementerian Pendidikan Paletsina untuk membantunya menutupi biaya pendidikan putri-putrinya untuk memungkinkan mereka agar dapat meraih pendidikan tinggi dan mengejar impian mereka.
“Pendidikan adalah suatu hal yang sakral,” kata Othman, “dan mereka [ketiga putrinya] harus pergi ke universitas.” imbuhnya [IZ]