ROMA, (Panjimas.com) – Anak perempuan seorang politikus terkemuka Italia, Manuela Franco Barbato, telah memutuskan untuk menjadi Muallaf dan mengenakan Hijab.
Keputusannya ini telah memicu keributan dan kegemparan bagi publik Italia, yang notabene adalah negara dengan mayoritas pemeluk katolik, dan merupakan selama berabad-abad merupakan jantung Kekaisaran Romawi Barat, seperti dilansir oleh aboutislam.
“Hijab adalah jalanku, ini adalah cara yang telah Allah telah pilihkan untukku,” jelas Manuela Franco Barbato, yang sekarang telah mengubah namanya menjadi “Aysha”. Pengakuan ini ia tulis melalui akun Facebook-nya, sebagaimana dilaporkan oleh Il Giornale Daily akhir bulan Mei lalu.
“Saya bangga dengan kemurnian jiwa saya. Ini adalah hukum Ilahi, yang aku tak berkeberatan terhadapnya? ”
Aysha [Manuela Franco Barbato] adalah putri seorang mantan anggota Parlemen Italia yang berasal dari Partai Values, Franco Barbato.
Manuela Franco Barbato muda memutuskan untuk memeluk Islam saat dirinya belajar di Università L’orientale di Napoli.
Sekarang, ia telah mendekati masa kelulusannya, dan ia pindah ke India bersama suami dan dua anaknya.
Keputusan Aysha menjadi muallaf sangat mengejutkan ayahnya, yang disebut-sebut sedang mengalami masa-masa sulit sejak perubahan keimanan putri tercintanya itu.
Namun demikian, Aysha yang kini juga telah mengenakan Hijab, tetap mendukung Ayahnya selama masa kampanye pemilihan walikota Napoli.
Untuk diketahui, Italia saat ini memiliki populasi Muslim sebanyak 1,7 juta jiwa, ini termasuk dengan 20.000 muallaf, menurut angka yang dikeluarkan oleh ISTAT, lembaga statistik nasional Italia.
Sementara itu, sebuah hasil jajak pendapat yang dilakukan oleh Pew Research Center dirilis pada bulan Januari awal tahun ini memperlihatkan bahwa orang-orang Italia, -sekitar 63 persen dari jumlah responden- telah mengarahkan warga-warga Eropa Barat untuk memegang pandangan tak baik [buruk] terhadap Muslim Eropa.
Kemudian, Warga Yunani menempati posisi kedua, dengan 53 persen.
Berbeda dengan masyarakat Italia dan Yunani yang cenderung tak menyukai Muslim, mayoritas warga Perancis, Inggris dan Jerman melihat Muslim sebagai pribadi yang baik dan menguntungkan. [IZ]