YOGYAKARTA, (Panjimas.com) – Besarnya keprihatinan akan kondisi pemuda yang semakin kehilangan identitas hakikinya sebagai penjaga agama dan pelopor kebangkitan peradaban Islam, mendorong Muslimah Hizbut Tahrir menggelar Konferensi Perempuan bertajuk Pemuda Muslim : Pelopor Perubahan Hakiki”. Tepatnya pada Sabtu (07/05/2016), diYudhistira Hall, Jogjakarta Expo Center (JEC) – Yogjakarta.
Melalui release yang dikirimkan ke Panjimas Senin (9/5/2016) disebutkan, konferensi ini dihadiri lima ratusan perempuan dari kalangan tokoh nasional, akademisi, serta aktivis pelajar dan mahasiswa muslimah dari berbagai daerah di Indonesia. Adapula beberapa tamu dari Malaysia dan Australia. Selain berisi orasi, konferensi ini juga dimeriahkan dengan ekshibisi, diskusi panel tematis, testimoni tokoh, serta aksi teatrikal.
Gambaran pemuda saat ini jauh dari sosok pelopor perubahan, sebagaimana pemaparan orator dari kalangan mahasiswa, Azimatur Rosyida (Universitas Airlangga – Surabaya) “Dalam era globalisasi budaya saat ini, potret kehidupan pemuda digambarkan sebagai sosok yang hanya sekedar hidup untuk hura-hura, bersenang-senang. Dan media berperan besar mengopinikan potret tersebut ke seluruh dunia. Media tidak pernah berkontribusi untuk membentuk idealitas pemuda sebagai agen peubah dan ujung tombak peradaban.”
Menurut Ir. Ratu Erma (Mas’ulah ‘Ammah MHTI), kondisi itu adalah bagian upaya Barat untuk membajak potensi anak-anak dan pemuda muslim. “Barat menjadikan inovasi teknologi informasi dan telekomunikasi sebagai alat kulturisasi budaya liberal. Gaya hidup hedonis, materialis, konsumtif, individualis dan permisif yang nyata-nyata telah merusak anak-anak dan pemuda Muslim” Ujarnya.
Selain itu juga melalui program pemberdayaan pemuda di bidang pendidikan, ekonomi dan sosial. Di isu pendidikan, pemuda difokuskan pada pembelajaran sumber daya kejuruan (vokasi) dan inkubasi bakat kewirausahaan. Nampak sekilas tidak ada masalah dalam hal ini, tetapi sistem pendidikan ala kapitalis yang bersifat pragmatis dan pro pasar, tidak lagi ditujukan untuk mencetak ilmuwan tetapi untuk menghasilkan pekerja.
Orator lainnya, Fika Komara, SSi, MSi. (Anggota Central Media Office Hizbut Tahrir) memberikan salah satu solusi berupa penyadaran tentang banyaknya kekeliruan para orang tua muslim dalam mengarahkan anak-anak mereka.
“Para orang tua harus membentuk aqidah dengan keyakinan yang kokoh dalam diri anak-anak. Para orang tua harus menjelaskan kepada anak-anak mereka tentang iming-iming jalan hidup liberal sekuler yang menipu. Para orang tua harus memahamkan kepada anak-anak mereka bahwa islam adalah dien yang memiliki solusi untuk masalah kehidupan. Para orang tua harus membangun kebanggaan terhadap kebudayaan dan sejarah Islam” Pesannya.
Yang harus diingat, untuk melindungi identitas Islam generasi masa depan dibutuhkan pembentukan mendesak sistem Khilafah yang berdasarkan metode kenabian. “Jadi selain membangun konsep-konsep Islam di dalam diri pemuda kita hari ini, marilah kita juga mengalihkan perhatian kita dan mengerahkan upaya penuh kita untuk mengembalikan negara yang mulia ini kepada negeri-negeri kita, dan melalui negara kita bangun generasi muda yang merupakan sumber kebanggaan bagi umat ini dan yang berdiri sebagai model dan sumber inspirasi bagi kaum muda dunia ini.” Begitulah penegasan Iffah Ainur Rochmah (Jubir MHTI) di akhir Konferensi. [RN]