YULIANNA PS
(Penulis buku ‘Aku ingin berhijab’)
Narsis, umumnya menimpa anak usia remaja, di mana mereka menjadi masa-masa penuh pencarian jati diri. Perilaku narsistik biasanya selalu diidentikkan dengan remaja, namun kenyataannya saat ini bukan hanya remaja saja yang mengalami perilaku ini. Narsis terjadi karena merasa dipuji dan dihargai oleh orang lain. Sehingga setelah pujian dan dihargai itulah bibit-bibit narsis selanjutnya bermunculan, akibatnya ingin melakukan postingan lebih dan lebih di sosial media.
Mitchell JJ dalam bukunya The Natural Limitations of Youth, mengatakan bahwa ada lima hal yang menjadi penyebab dari kemunculan narsis pada remaja, yaitu:
- Adanya kecenderungan mengharapkan perlakuan khusus.
- Kurang bisa berempati sama orang lain.
- Sulit memberikan kasih sayang.
- Belum punya kontrol moral yang kuat.
- Kurang rasional.
Sedangkan tanda-tanda narsis dari Diagnostics and Statistics Manual, Fourth Edition-Text Revision (2000) yang harus kita waspadai untuk tahu apakah kita mengidap narsis atau tidak yakni, orang narsis merasa dirinya sangat penting dan ingin sekali dikenal oleh orang lain karena kelebihannya. Pengidap narsis juga yakin kalau dirinya unik dan istimewa. Atau dengan kata lain tidak ada yang bisa menyamai dirinya.
…Jangan salahkan orang lain ketika mereka mengetahui aibmu karena terlalu overnya menulis kepribadianmu di sosmed…
Dalam perkembangannya, sosial media mempunyai andil besar dalam berbagai hal. Dari sisi positif bisnis dan keilmuan memudahkan manusia berinteraksi secara luas, dan dari sisi negatif memunculkan jiwa narsistik terbuka untuk meluapkan jiwa narsisnya. Posting narsis adalah hak semua individu, namun sebagai seorang muslim harus mewaspadai bahaya riya’.
Kita sebagai seorang muslim, ada batasan dan kontrol, karena segala perilaku kita harus berdasarkan ilmu, dan sebagai manusia kita harus melakukan sesuatu berdasarkan ilmu, meskipun kita tidak mampu sepenuhnya. Terkadang kita harus saling mengingatkan demi terciptanya ukhuwah sesama muslim.
Adalah hal yang wajar kalau manusia yang hidup di zaman sekarang mempunyai akun sosial media beberapa versi, lalu memosting segala aktivitas di sosial media, mulai dari aktivitas di rumah, membaca, makan, minum, mengaji, mempunyai barang baru, bepergian ke suatu tempat, nongkrong di trotoar, bahkan hingga makan semur jengkol di tepi jalan pun menjadi sesuatu yang harus diposting dalam sosmed. Dengan tujuan apa? Hanya Allah dan pemilik akun yang tahu.
Boleh saja memakai akun sosmed, namun ada baiknya sebagai seorang muslim kita punya kontrol agar tidak melampaui batas dalam berekspresi. Camkan sabda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam berikut:
“Siapa niatnya untuk didengar orang, maka Allah akan membuka kecurangannya itu di hari kiamat, dan siapa niat amalnya ingin dilihat orang, maka Allah akan memperlihatkan kecurangannya di hari kiamat” (HR Bukhari Muslim).
Jangan salahkan orang lain ketika mereka mengetahui aib-aibmu karena curhatanmu di sosmed, jangan salahkan rekan-rekanmu ketika mereka tahu kelemahanmu karena terlalu overnya menulis kepribadianmu di sosmed, jangan pula salahkan followermu ketika mereka akhirnya tahu bahwa engkau adalah jiwa narsistik.[]