WASHINGTON, (Panjimas.com) – Sejak Aamilah Vilchez, Mariana Aguilera, Shailie Nieves dan Zainab Ismail memutuskan untuk memeluk agama Islam, mereka mengatakan bahwa mereka tidak hanya menghadapi ketidaktahuan orang lain tentang ajaran Islam, tetapi banyak retorika kebencian anti-Muslim yang mereka hadapi, demikian dilansir oleh HuffPost Latino Voices Online News.
Para muslimah latin adalah subjek dari video terbaru yang diproduksi Vivala.com, di mana perempuan muslim berbagi segala sesuatu dari apa yang mereka ingin orang lain tahu tentang ajaran Islam, termasuk cara mengenakan jilbab dan bagaimana mereka bertahan dari serangan-serangan Islamophobia.
“Dalam suatu situasi, ada 2 laki-laki kulit putih di bagian produksi yang datang kepada saya, dan berteriak ke wajah saya, dan mulai memanggil saya seorang teroris,” ujar Aguilera, yang merupakan muslimah keturunan Meksiko-Amerika, mengatakan dalam video yang dirilis ke public itu.
Nieves, yang merupakan muslimah keturunan Puerto Rico dan telah memeluk Islam dengan keluarga dekatnya, juga berbagi cerita serupa.
“Waktu itu adalah… beberapa tahun setelah peristiwa 9/11, ibu saya juga telah masuk Islam dan saya sedang berjalan dengan seorang teman keluarga di jalanan,” kata Nieves. “Sebuah mobil Jeep lewat dengan 4 orang di dalamnya dan mereka berteriak ‘Kembalilah ke negara kalian, kembalilah ke Irak dan mereka bahkan melemparkan botol bir pada saya.”
Keempat Muslimah latin ini adalah bagian dari warga AS keturunan latin yang telah masuk Islam dan jumlah meningkatnya secara signifikan, menurut PBS. Pada bulan Januari, Pew Research Center memperkirakan ada sekitar 3,3 juta Muslim yang tinggal di Amerika Serikat pada tahun 2015. Dan dalam studi terpisah yang diterbitkan musim panas lalu, lembaga think tank ini memperkirakan bahwa 4 persen Muslim AS adalah keturunan Latino di tahun 2014. Meskipun kebencian anti-muslim seringkali mereka hadapi, para keempat muslimah latin ini berdiri bangga dengan keimanan mereka.
Ratusan Ribu Warga Latin-Amerika Berbondong-bondong Masuk Islam
Seperti diberitakan panjimas sebelumnya, Organisasi Amerika Serikat yang bertugas melayani berpindahnya warga Latin-Amerika ke Agama Islam, para muallaf Hispanik (Latin-Amerika), awal Januari tahun ini menyatakan bahwa etnis Latin-Amerika adalah kelompok yang paling cepat berkembang diantara komunitas Muslim di Negara Paman Sam itu, dilansir oleh IINA.
Meskipun dalam beberapa tahun belakangan ini Islam terus difitnah dengan berbagai macam cara dan tuduhan, mulai dari sebutan agama teroris dan cinta perang dan hal-hal lainnya yang memojokkan Islam, ternyata hal ini tidak dapat memadamkan bangkitnya cahaya Islam di Amerika.
Terlebih lagi, statistik menunjukan bahwa justru saat ini Islam malah menjadi agama yang paling cepat pertumbuhannya tak hanya disana, tapi juga di seluruh dunia.
Begitu banyaknya pemberitaan miring mengenai Islam di Amerika Serikat yang menyebutkan seolah-olah Islam sebagai agama yang kejam dan menakutkan justru malah membuat banyak warga Latin Amerika disana tertarik untuk mempelajari Islam dan pada akhirnya memutuskan untuk menjadi pemeluk Muslim.
Saat ini Islam menjadi pilihan bagi para warga Latin Amerika. Tercatat sebanyak lebih dari 150 ribu warga Hispanik yang telah bersyahadat dan menerima Agama Islam.
Banyak pejabat resmi AS mengatakan bahwa warga Latin di AS merupakan segmen warga etnis yang secara demografi mengalami pertumbuhan tercepat. Menurut Press-Enterprise, diperkirakan ada 150.000 mualaf Muslim di kalangan masyarakat Latino di Amerika Serikat.
Kecenderungan mualaf Hispanik beralih memeluk Islam telah dilacak oleh Islamic Society of North America , yang pada tahun 2006 memperkirakan ada sekitar 40.000 Muslim Latin-Amerika di AS, demikian menurut laporan dari National Public Radio.
Beberapa tokoh komunitas mengatakan pertumbuhan demografis baru-baru ini berakar pada pengalaman bersama tentang imigrasi dan retorika politik negatif yang telah dianggap sebagai retorika, ujaran bahkan tindakan anti-Muslim.
“Islam adalah agama yang paling cepat berkembang di dunia, dan warga Latin yang memeluk Islam lebih banyak dari etnis lainnya di AS,” kata Mark Gonzales, seorang seniman, penyair dan pujangga Muslim dari yang mewarisi darah keturunan Meksiko-Amerika dan Perancis-Amerika, yang telah memutuskan memeluk Islam 12 tahun lalu.
Menurut Mark, serangan terror di gedung World Trade Center (WTC) pada tanggal 11 September 2001 telah menjadi faktor pemicu warga Hispanik lebih mempelajari Islam.
Hal ini sejalan dengan keterangan dari Imam Masjid Indonesia di New York, Imam Shamsi Ali yang menyebutkan hijrahnya sejumlah warga Amerika Serikat keturunan Latin kepada Agama Islam, pelafalan 2 kalimat syahadat malah semakin gencar beberapa saat terakhir ini terutama setelah sejumlah serangan teroris yang digembar-gemborkan media Barat dilakukan oleh kalangan Islam.
Sebelum 2040, Islam Agama Terbesar Ke-2 di AS
Hasil penelitian terbaru Pew Research Center, yang awal bulan januari ini dirilis menyatakan bahwa Islam diprediksi akan menjadi Agama yang paling banyak pemeluknya ke-2 di AS. Prediksi ini disampaikan oleh Pew Research Center pada hari Rabu (06/01/2016) lalu, demikian dilansir oleh Siasat Daily.
Untuk diketahui, saat ini Kristen merupakan Agama terbesar pertama dan diikuti oleh Yahudi sebagai Agama terbesar kedua di Negeri yang dijuluki ‘tanah para imigran’ itu.
Besheer Mohamed, peneliti senior di Pew Research Center mengemukakan bahwa ada sekitar 3,3 juta Muslim dari segala usia yang saat ini di 2015 tinggal di AS. “ini berarti umat Muslim mencakup sekitar 1 % dari total penduduk AS, dimana tercatat sejumlah 322 juta orang ,“ pungkas Besheer dalam hasil penelitiannya, “A New Estimate of The US Muslim Population”.
Pew Research Center dikenal luas di AS, sebagai lembaga peneliti yang cukup prestisius, yang sebelumnya juga menyebutkan bahwa pemeluk Islam akan tumbuh berlipat-lipat pada tahun 2050, yakni mencapai 8,1 juta orang atau sekitar 2,1 % dari total penduduk AS. Dalam hasil penelitian itu juga disebutkan bahwa pertumbuhan pemeluk Islam di AS cukup stabil.
Sebagai perbandingan, Pusat Data (Data Center) memprediksikan bahwa Agama Islam (8,1 juta) akan mengungguli Yahudi yang akan berjumlah sekitar 5,7 juta orang sebelum tahun 2040.
Pusat Data telah mendata beberapa alasan pertumbuhan pesat umat Muslim AS, termasuk peningkatan jumlah imigran Musllim selama 20 tahun terakhir.
Pertumbuhan pemeluk Islam di AS dinilai cukup berkembang pesat, dan ini lebih cepat daripada pertumbuhan pemeluk Hindu dan juga pemeluk Yahudi. Oleh karena itu, diyakini dalam beberapa dekade mendatang, Islam akan menjadi Agama terbesar kedua di AS, Setelah Kristen.
Perkiraan tersebut didasarkan pada demografis dalam pertumbuhan populasi Muslim di Amerika sejak tahun 2011. Pew Research Center telah mengamati seluruh Muslim baik usia dewasa hingga anak-anak. Seperti dicantumkan dalam dasar analisis penelitiannya, Pew Research Center menggunakan data usia, fertilitas, mortalitas, migrasi, dan mualaf yang mereka ambil dari berbagai sumber termasuk survei Muslim Amerika pada tahun 2011.
Pew Research Center mengungkapkan bahwa “Muslim Amerika cenderung memiliki lebih banyak anak dari pemeluk agama-agama lain”. Umat Muslim juga cenderung lebih muda dari segi usia daripada masyarakat AS pada umumnya, sehingga bagian yang lebih besar dari umat Islam akan segera berada di titik pesatnya dalam kehidupan mereka ketika mereka mulai memiliki anak.
Persebaran Muslim di AS saat ini masih belum merata, karena terdapat beberapa Negara bagian yang populasi Muslimnya 2 atau 3 kali lebih banyak dari rata-rata per kapita usia dewasa nasional, misalnya di New Jersey. [IZ]