SUKOHARJO, (Panjimas.com) – Derasnya budaya barat di Indonesia tak menyurutkan semangat para santri di Indonesia untuk tetap menimba ilmu, membentengi aqidah dan memperluas cakrawala untuk menghadapi era yang cenderung destruktif.
Menempa diri dalam pembentukan pribadi yang tangguh, unggul dalam menyongsong masa depan menjadi salah satu output dari pondok pesantren pada umumnya dan di Al Mukmin Ngruki pada khususnya. Budaya Valentine, perilaku LGBT, budaya korup, kolonialisme, imperalisme dan perilaku haram lainnya sejak dini sudah menjadi tema yang harus dilawan dilingkungan pondok pesantren tidak hanya di era lalu, namun masa kini dan masa yang akan datang.
Santriwati Al Mukin ngruki yang merupakan bagian integral dari bangsa ini mempunyai hak dan kewajiban untuk menjaga dirinya serta masyarakat pada umumnya dari bahaya budaya barat yang berpotensi merusak generasi bangsa. ”Melalui Seminar yang diselenggarakan di Aula Darul Hikmah Pondok Pesantren Al Mukmin Ngruki, Santriwati Al Mukmin Ngruki bertekad membentuk pemudi yang tangguh, cerdas dan berakhlak mulia.” Demikian sambutan dari ketua panitia Uswatun Hasanah yang merupakan santriwati kelas akkhir (Niha’i).
Seminar yang diselenggarakan pada hari jumat, 26 Februari 2016 pukul 08.00 – 11.00 WIB menghadirkan pembicara Ust, Burhan Sodiq, SS dengan moderator Endro Sudarsonio, S.Pd yang diikuti ratusan santri dan para ustadzah dibawah bimbingan Usth. Nurrahmah Juhdi. Seminar ini mengangkat tema Menjadi Pemudi Sakti Penjaga Hati.
Ust. Burhan Sodiq dalam pesannya meminta kepada semua santriwati untuk tetap menjaga kehormatannya dengan menutup aurat, tetap melestarikan budaya sederhana dengan meminimalisasi pola hidup yang tidak perlu. Ust. Burhan Sodiq juga berpesan akan menggunakan media sosial untuk menyampaikan pesan pesan moral yang konstruktif.