NEW YORK, (Panjimas.com) – Para peneliti mengatakan pada hari Rabu [02/12/2015] bahwa Patung Liberty, yang dikenal luas sebagai simbol demokrasi dan kebebasan di Amerika Serikat, semula terinspirasi oleh sebuah proyek yang menggambarkan seorang perempuan Arab penjaga Terusan Suez, dilansir oleh AFP.
Sementara menurut artikel dalam sebuah majalah terbitan Smithsonian Institution, Patung Liberty yang tegak menjulang di New York itu awalnya dipahami sebagai seorang petani muslimah Mesir mengenakan jilbab dengan pakaian traditional Islam.
Lebih lanjut dalam laporan Museum Smithsonian itu, sosok seorang petani muslimah itu adalah penjaga Terusan Suez di Mesir bukannya di pelabuhan New York, pada masa Khedive Mesir memerintah dengan kehati-hatian dalam pengelolaan ekonomi.
Seorang Pemahat Perancis bernama Frédéric Auguste Bartholdi awalnya ingin menempatkan patung setinggi 86-kaki itu di Port Said pada dekat bagian utara ke Terusan Suez , jalur air buatan manusia yang menghubungkan Laut Mediterania dan Laut Merah, dilansir oleh Daily Beast.
Hasil penemuan terbaru ini terutama mengejutkan khalayak Amerika Serikat ditengah perdebatan sengit atas kedatangan pengungsi dari perang Suriah dan Negara-Negara mayoritas Muslim lainnya.
Pemahat Perancis Frederic Auguste Bartholdi, yang melakukan perjalanan ke Mesir di tahun 1855-1856, mengembangkan adanya “semangat untuk monumen publik berskala besar dan sebuah patung kolosal”, demikian kata perwakilan dari US National Park Service, otoritas yang mengelola Patung Liberty di New York.
Ketika pemerintah Mesir meminta proposal pada tahun 1869 untuk membangun sebuah mercusuar untuk Terusan Suez, Bartholdi merancang patung besar seorang muslimah berjubah memegang obor, yang disebutnya “Progress Brings Light to Asia” [Kemajuan yang membawa Cahaya ke Asia] atau yang lain mengatakan ia menyebutnya “Egypt Brings Light to Asia” [Mesir Membawa Cahaya ke Asia].
Sementara itu Penulis Buku The Statue of Liberty Encyclopedia, Barry Moreno, mengatakan bahwa “Patung Liberty awalnya mengambil bentuk dari seorang wanita petani muslim berkerudung dan berpakaian tradisional muslim”, demikian jelas Barry seperti dikutip oleh Smithsonian Institution yang juga didanai oleh pemerintah AS.
Seorang Sejarawan dan Penulis Buku The Statue of Liberty: A Transatlantic Story Icons of America, Edward Berenson, berkata “Bartholdi menghasilkan serangkaian gambar di mana patung yang diusulkan itu semula dimulai sebagai fellah wanita raksasa, atau petani Arab, dan secara bertahap berkembang menjadi seorang dewi kolosal”, jelasnya
Pada tahun 1870, Bartholdi mulai merancang patung berdasarkan pada desain sebelumnya., kemudian diresmikan pada tahun 1886.
Patung itu pada tahap konseptual bernama “Mesir Pembawa Cahaya Ke Asia” – akan menjadi simbol “kemajuan” dan lentera dengan tangan terangkat yang akan melambangkan sebuah mercusuar, demikian menurut US National Parks Service.
Menurut sejarawan Edward Berenson, “akan tetapi penguasa Mesir Isma’il Pasha menolak proyek itu karena terlalu mahal, yang terinspirasi oleh kunjungan Bartholdi ke monumen Nubia di Abu Simbel di tahun 1855, demikian dijelaskan dalam bukunya The Statue of Liberty: A Transatlantic Story Icons of America
Bartholdi me-modifikasi desainnya, yang diklaim Musee D’Orsay sebuah Museum di Paris, Perancis, mengatakan desainnya dipengaruhi oleh mitos Colossus dari Rhodes. Patung tembaga itu akhirnya dibangun di Perancis oleh kapala designer struktural Gustave Eiffel, yang dikenal luas sebagai arsitek Menara Eiffel.
Patung Itu dikirim ke Amerika Serikat sebagai hadiah ke AS dari rakyat Perancis dengan sebuah peti yang dirakit dan kemudian diresmikan pada 28 Oktober 1886.
Dari tanah hingga obor, “Lady Liberty” berdiri setinggi 305 kaki, hampir 4 kali lebih tinggi dari desain awal Bartholdi.
Patung Liberty di New York ini lebih tinggi 125 kaki dari mercusuar setinggi 180-kaki yang kemudian dibangun di Port Said. Seperti diketahui pembangunan Terusan Suez selesai pada bulan November 1869 Amerika Serikat sebagai Tanah Imigrasi
Amerika Serikat telah memperdebatkan masalah imigrasi sejak Negara ini didirikan, seperi diketahui dua simbol imigrasi, Angel Island Imigration Station dan Ellis Island Imigration Station, sebuah tempat dimana para imigran yang akan masuk ke AS ditahan dan diinterogasi, bahkan banyak yang menghabiskan hidupnya di pulau penahanan para imigran, sebuah sejarah kelam bagi Amerika Serikat yang menggemborkan kebebasan sipil dan Kemanusiaan.
Patung Liberty yang terletak dekat Pulau Ellis juga adalah simbol kuat bagi imigran, sering disebut sebagai argument mengapa Amerika Serikat harus menerima mereka para imigran yang mencari keselamatan dan kesempatan hidup dengan tangan terbuka.
Fakta yang sedikit diketahui tentang Lady Liberty menambahkan perdebatan menarik hari ini tentang masalah pengungsi dari dunia Muslim, seperti yang ditunjukkan oleh Michael Daly dalam artikelnya di The Daily Beast baru-baru ini, tentang masalah kedatangan para pengungsi dari perang Suriah dan Negara-negara konflik yang mayoritas berpenduduk Muslim [IZ]