Membantah Tuduhan Hijab Lebar Adalah Budaya Arab
Oleh Yulianna PS
(Penulis Buku ‘Aku Ingin Berjilbab Tapi…’)
PANJIMAS.COM – Mungkin ada yang mengalami hal yang sama seperti yang penulis rasakan, ketika memakai kerudung lebar, ada tuduhan dari suatu masyarakat bahwa kerudung yang kita kenakan adalah budaya Arab. Bahkan ada yang menuduh bahwa kesan Badui melekat pada diri seorang Muslimah berkerudung lebar. Sebenarnya ini sangat wajar jika di tuduhkan oleh orang awam yang benar-benar belum paham, kita boleh menjelaskan kriteria busana muslimah itu harus seperti apa dan alasan memakainya semata-mata untuk kepetingan akhirat.
Namun sangat aneh dan di sayangkan ketika yang menuduh kerudung lebar adalah budaya Arab tersebut adalah seorang yang sudah di percaya masyarakat memberikan pencerahan ilmu dalam sebuah majlis, pelajar bergelar sarjana, tokoh masyarakat yang mendapat sanjungan khalayak ramai, dll. Penulis sendiri sudah sangat kenyang mendengar tuduhan-tuduhan seperti di atas.
Para penuduh mungkin berpikir bahwa kerudung yang harus di pakai seorang muslimah itu harus kerudung yang mereka pandang nyaman dan pantas dimata masyarakat luas, padahal kita tahu, tidak menjamin banyaknya pendapat itu adalah sebuah kebenaran. Sebuah aturan yang Allah tetapkan itu pasti baik dan mengandung manfaat, hanya manusia saja yang perlu mengupas dan mencerna kandungan dan hikmah aturan itu.
Penulis membantah tuduhan hijab lebar itu budaya Arab, karena memang begitulah kenyataannya, hijab lebar bukan budaya Arab. Berikut beberapa alasan yang dapat memperkuat pendapat penulis :
- Jika kerudung lebar itu adalah budaya Arab, pasti Allah akan menyebut bangsa Arab saja yang menutup aurat, namun yang Allah perintahkan dalam An Nur ayat 31
“Katakan kepada wanita yang beriman, ‘Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan hendaklah mereka menahan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya…”
Juga dalam Al Ahzab
“Wahai Nabi?! Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin, hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.’ Yang demikian itu agar mereka itu lebih mudah untuk di kenali, sehingga mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”(Al Ahzab 59)
Disini Allah mengistimewakan Muslimah dengan menutup aurat, tidak memandang suku, bangsa, warna kulit, bentuk fisik, semua yang bergelar Muslimah memang seharusnya paham dengan perintah Allah di atas, sehingga akan ikhlas menutup aurat secara rapat. Juga para penceramah harus tahu ayat di atas, karena ketika menyampaikan ilmu harus secara jelas dan jujur.
- Jika memang menutup aurat secara rapat dan kerudung lebar itu di anggap budaya Arab, maka dalam hadist tentulah orang Arab saja yang diperintahkan, namun bukan begitu yang Islam ajarkan, selama wanita itu Muslimah, tanpa memandang suku dan bangsa, ia harus menutup aurat jika sudah baligh.
- Jika memang menutup aurat itu budaya Arab, tentulah Islam hanya agama orang Arab saja, tapi Allah menyelamatkan manusia dari kejahiliyahan dengan Islam kepada seluruh makhluk, bukan terbatas orang Arab saja.
- Menutup aurat itu ada ilmunya, sama seperti perintah Allah yang lain, jadi berkerudung itu harus sesuai Ilmu yang bersumber dari Al-Qur’an dan Hadist, bukan sesuai kehendak masyarakat.
- Menutup aurat itu bukan untuk dilihat nyaman dan pantas oleh orang lain, tapi sebuah bentuk ketaatan muslimah pada Sang Pemilik Hidup, dan harus merujuk pada ilmu syar’i, bukan sesuai pendapat manusia.
Demikian bantahan tersebut semoga bisa memberikan pencerahan bagi para muslimah dan keep istiqomah dalam berhijab. [AW]