Emansipasi Wanita Merupakan Tanda Akhir Zaman[1]
PANJIMAS.COM – Salah satu ujian terbesar umat Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah harta dan wanita. Kaum laki-lakinya merasa lemah jika di hadapan wanita dan kaum wanitanya lemah jika di hadapan harta.
Manusia yang kuat imannya sekalipun banyak yang berguguran saat harus berhadapan dengan fitnah ini. Para sahabat juga merasa lebih bisa bersabar ketika mereka diuji dengan kemiskinan dan kesulitan. Namun, mereka merasa kurang mampu ketika berhadapan dengan ujian kenikmatan dan kelapangan materi.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah mengkhawatirkan kiranya umat ini menjadi miskin, tetapi beiau mengkhawatirkan jika dunia ini dilapangkan untuk mereka, sehingga terjadilah fitnah. Dalam sebuah hadits disebutkan,
فَوَاللَّهِ مَا الْفَقْرَ أَخْشَى عَلَيْكُمْ وَلَكِنِّي أَخْشَى أَنْ تُبْسَطَ عَلَيْكُمُ الدُّنْيَا كَمَا بُسِطَتْ عَلَى مَنْ قَبْلَكُمْ فَتَنَافَسُوهَا كَمَا تَنَافَسُوهَا وَتُهْلِكَكُمْ كَمَا أَهْلَكَتْهُم.
Demi Allah, aku tidak mengkhawatirkan kalian ditimpa kemiskinan, tetapi aku khawatir jika dunia ini dilapangkan untuk kalian, sebagaimana pernah dilapangkan untuk umat-umat sebelum kalian, lantas kalian berlomba-lomba dengannya sebagaimana mereka dulu berlomba-lomba dengannya, lantas hal itu membinasakan kalian sebagaimana dulu telah membinasakan mereka.[2]
Seiring dengan perkembangan zaman dan tuntutan keadaan, manusia terus berlomba untuk mempertahankan eksistensinya. Kondisi akhir zaman sendiri digambarkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam akan dipenuhi dengan orang-orang miskin dalam beramal, kikir terhadap hartanya dan egois terhadap sesama, sehingga manusia akan terus disibukkan dengan upaya mencari penghidupan dan melupakan bekal sebenarnya. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda,
يَتَقَارَبُ الزَّمَانُ وَيَنْقُصُ الْعَمَلُ وَيُلْقَى الشُّحُّ وَتَظْهَرُ الْفِتَنُ وَيَكْثُرُ الْهَرْجُ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيُّمَ هُوَ قَالَ الْقَتْلُ الْقَتْلُ
“Zaman akan semakin berdekatan, amal shalih akan semakin berkurang, penyakit egois akan melanda dan haraj akan banyak terjadi. Para sahabat bertanya, “apakah haraj itu?” beliau menjawab, “Pembunuhan, pembunuhan.”[3]
Berkenaan dengan nubuwat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang menjelaskan akan adanya kondisi dimana perdagangan akan menjadi pilihan favorit manusia dalam mencari penghidupan, hingga harus melibatkan anggota keluarganya, maka fenomena saat ini membenarkan hal itu. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
بَيْنَ يَدَيِ السَّاعَةِ : تَسْلِيمُ الْخَاصَّةِ ، وَفُشُوُّ التِّجَارَةِ حَتَّى تُعِينَ الْمَرْأَةُ زَوْجَهَا عَلَى التِّجَارَةِ
“Sesungguhnya menjelang kiamatakan ada ucapan salam khusus dan perdagangan tersebar luas sehingga seorang wanita ikut serta dengan suaminya dalam perdagangan.”[4]
Emansipasi Wanita Mengambil Alih Tugas Laki-laki
Salah satu dampak isu kesetaraan gender yang digagas oleh masyarakat barat adalah tuntutan agar kaum wanita mendapatkan hak yang setara dengan laki-laki. Akhir abad ke-20 merupakan masa-masa tumbuh dan berkembangnya era emansipasi. Dan memasuki abad ke-21 kita dikejutkan dengan berbagai pemandangan di jalan-jalan, kantor-kantor, pabrik-pabrik dan lapangan pekerjaan lainnya; semuanya dipadati oleh komunitas wanita.
Partai politik sendiri diharuskan untuk memberikan kuota sebesar 30% (minimal) kepada kaum wanita untuk wakilnya. Bahkan, lebih mengerikan lagi adalah profesi dan pekerjaan berat yang seharusnya hanya dilakukan oleh kaum laki-laki ternyata juga dilakukan oleh kaum wanita. Pekerjaan menjadi kuli pasar, pekerja bangunan, kernet bus, mendorong gerobak, polisi, pekerja di SPBU, kini sudah banyak diisi oleh kaum wanita.
Hadits di atas juga menggambarkan suasana maraknya perdagangan di kalangan manusia. Tugas mencari nafkah yang sebenarnya dibebankan kepada kaum lelaki, ternyata juga banyak dilakukan oleh kaum wanita. Hadits di atas bisa merupakan satu peringatan dari Nabi untuk berhati-hati dengan fenomena di atas, dimana peran dan fungsi seorang wanita sudah banyak berubah di akhir zaman. Mereka tidak lagi menahan diri mereka di rumah yang itu lebih baik bagi mereka. Namun, justru keluar dari rumah mereka dan ikut meramaikan pasar-pasar dengan kehadiran mereka di tengah-tengah kaum lelaki. Dengan alasan persamaan gender dan emansipasi, banyak sekali dari kaum wanita yang menuntut agar mereka mendapatkan peran dan posisi yang setara dengan kaum laki-laki, dan ini merupakan penyimpangan fitrah mereka.
Bisa Terjadi karena Himpitan Ekonomi
Nubuwat di atas meski bukan berkonotasi negatif (peringatan agar para suami tidak banyak melibatkan istrinya untuk urusan mencari nafkah karena memang hal itu menjadi tanggung jawab dirinya), boleh jadi juga mengisyaratkan satu kondisi atau zaman tertentu yang sempit ekonominya. Atau pada kondisi tertentu dimana suami tidak memerankan dirinya sebagai pemimpin dan qawwam di atas istrinya, hingga istrinyalah yang banyak mengambil alih tugas kepala rumah tangga. Sehingga nubuwat tersebut tidak memvonis benar atau salah jika ada istri terlibat bersama suaminya untuk mencari nafkah. Hadits di atas sekedar memberikan gambaran sulitnya beban ekonomi yang harus dipikul oleh seorang kepala keluarga, sehingga tugas mencari nafkah juga harus melibatkan istri. Wallahu a’lam bish shawab. [AW]
____________________________