(Panjimas.com)– Ibnu Nuhas Rohimahullah membawakan dalam kitabnya yang terkenal ”Masyaari’ul Asywaaq ilaa Mashoori’il Usyaaq”, juz 1 hal. 215-218, sebuah kisah menyentuh hati tentang wanita sholehah ahli ibadah, Ummu Ibrohim Al Hasyimiyyah.
Al Imam al ‘Alim al Mujahid Abdul Waahid Ibnu Zaid telah meriwayatkan secara ringkas,
Ketika orang-orang kafir (bangsa tartar) menjajah negeri-negeri kaum muslimin maka manusia berkumpul di Bashrah untuk berjihad melawan mereka. Abdul Waahid bin Zaid berkhutbah memotifasi kaum muslimin untuk berjihad dan memerangi para agresor, beliau membawakan ayat-ayat al Qur’an dan hadits-hadits Nabi Sholallahu ‘alaihi wa Sallam dalam membangkitkan semangat jihad kaum muslimin serta membawakan syair-syair yang menggambarkan tentang sifat-sifat Huurul ‘Iin, bidadari syurga, lalu beliau rohimahullah mengajak kaum muslimin untuk berperang dan istisyhad sehingga Allah ta’ala memuliakan mereka dengan jannah NYA.
Ummu Ibrohim Al Haasyimiyyah adalah seorang wanita sholehah ahli ibadah, termasuk yang hadir mendengarkan khutbah Abdul Waahid bin Zaid, dia sangat terkesan dengan penjelasan Abdul Waahid bin Zaid tentang karakteristik dari Huurul ‘iin, maka dia mendatangi Ibnu Zaid dan mengabarkan bahwa dia mempenyai seorang anak laki-laki, Ibrohim, yang belum menikah, dan sesungguhnya para pembesar kota Basrah sangat menginginkan untuk menikahkan anak perempuannya dengan Ibrohim, akan tetapi ibunya tidak mau dan dia ingin anaknya menikah dengan bidadari syurga yang sifat-sifatnyadia dengar dari Ibnu Zaid.
Ummu Ibrohim Al Haasyimiyyah adalah seorang wanita sholehah yang kaya raya, dia lalu memberikan kepada Abdul Waahid bin Zaid 10 ribu dinar sebagai mahar anaknya untuk menikah dengan al Jaariyyah, bidadari syurga, agar Ibnu Zaid mengajak ibrohim berangkat berjihad bersamanya, semoga Allah ta’ala memberi rezki Ibrohim dapat meraih syahadah, lalu dia menikah dengan bidadari syurga dan bisa memberi syafa’at bagi ibu dan bapaknya kelak pada hari kiamat.
Ibnu Zaid berkata kepada Ummu Ibrohim : “ Jika engkau melakukan itu maka sungguh engkau, anakmu dan bapaknya akan meraih kemenangan yang besar.”
Kemudian Ummu Ibrohim memanggil anaknya, lalu Ibrohim keluar dari kerumunan ribuan manusia yang hadir di masjid Basrah dan berkata : ” Labbaik wahai ibuku.”
Berkata Ummu Ibrohim kepadanya : “ Apakah engkau ridho dengan al Jaariyah al Huuriyah sebagai istrimu? Lalu engkau keluar berangkat berjihad menyerahkan nyawamu untuk Allah dan meraih syahadah?”
Ibrohim menjawab : ” Saya ridho wahai ibuku.“
Ummu Ibrohim berkata kepada seluruh hadirin : ” Ya Allah saksikanlah…sesungguhnya aku telah menikahkan anakku dengan bidadari syurga agar dia menyerahkan nyawanya di jalan MU dan mengharamkan dirinya lari dari medan perang…terimalah persembahan kami ini yaa Arhamar Roohimiin…
Kumudian Ummu Ibrohim menyerahkan lagi 10 ribu dinar kepada Ibnu Zaid untuk mempersiapkan pasukan mujahidin, dia juga membelikan anaknya kuda dan senjata untuk berperang.
Sebelum para mujahidin berangkat berperang, Ummu Ibrohim ingin berpisah dengan anaknya, dia menyerahkan kepada Ibrohim kain kafan dan pengawet mayat, lalu berkata : ” Jika musuh telah membunuhmu maka berkafanlah dengan kain ini dan awetkanlah jasadmu, semoga Allah menerimamu sebagai syahadah di jalan NYA.
Kemudian Ummu Ibrohim memeluk dan mencium anaknya, dia berkata : “ Wahai anakku, aku memohon kepada Allah ta’ala agar mengumpulkan kita kelak pada hari ditampakkan semua amal hamba NYA.“
Berangkatlah para mujahidin memerangi orang-orang kafir, al Imam Abdul Waahid bin Zaid berada di barisan depan, pertempuran berkecamuk, beliau mencari Ibrohim, ternyata dia berada di barisan depan sedang berhadapan musuh, menerjang dan membunuh orang-orang kafir. Kemudian musuh mengepung Ibrohim dan membunuhnya maka Ibrohim gugur syahid untuk berjumpa dengan Allah.
Pasukan kaum muslimin kembali ke Bashrah, manusia menyambut mereka. Ummu Ibrohim menjumpai Ibnu Zaid dan bertanya tentang anaknya : “ Wahai Abu ‘Ubaid, apakah hadiahku sudah diterima sehingga aku bisa tahni’ah? Atau ditolak dan aku harus bersabar?”
Berkata Ibnu Zaid : ” Wahai Ummu Ibrohim, Allah ta’ala telah menerima hadiahmu, sesungguhnya sekarang anakmu, Ibrohim, hidup bersama para syuhada mendapatkan rezki dari Robb nya.”
Maka Ummu Ibrohim langsung sujud bersyukur kepada Allah ta’ala dan berkata : ” Segala puji bagi Allah ta’ala yang tidak men sia-siakan perasaanku dan telah menerima ibadahku.”
Esoknya Ummu Ibrohim datang menjumpai Ibnu Zaid di masjidnya, dia berkata : ” As salaamu ‘ alaika wahai Abu Zaid berbahagialah!”
Ibnu Zaid menjawab : ” Wa ‘alaiki salaam..aku senantiasa bersegera dengan kebaikan, ada apa wahai Ummu Ibrohim?”
Berkata Ummu Ibrohim : ” Semalam aku bermimpi melihat Ibrohim berada di taman yang indah dalam kubah hijau, dia berada di atas tempat tidur dari permata dan dikepalanya ada mahkota.“
Ibnu Zaid berkata : “ Berbahagialah wahai Ummu Ibrohim, sungguh mahar telah diterima dan pengantin sedang berada di pelaminan.“
Allahu Akbar!
Dinukil dari : Tahdzib Masyaari’ ul Asywaaq hal 90.
[Nzal/Thoriquna]