Judul: Bawa Aku Ke Penghulu
Penulis: Jasmine Asyahida
Penerbit: Buku Pintar
Tebal: 260 halaman
Tahun Terbit: 2014
ISBN: 978-602-7881-78-5
Pernikahan merupakan sunah dari Rasullullah. Namun banyak diantara kita yang takut untuk menikah. mulai dengan alasan takut kehilangan kebebasan, atau takut bertambah beban, maupun alasan lainnya. Padahal menikah merupakan bukti cinta yang benar dan sesuai dengan islam. Buku “Bawa Aku ke Penghulu” ini membahas ketika cinta dua hati ingin menyatu dalam perayaan cinta. Buku ini merupakan tulisan Jasmine Asyahida.
Rasulullah bersabda, “Menikah adalah sunahku. Barangsiapa enggan melakukan sunahku, maka ia bukan dari golonganku. Menikahlah kalian! Karena sesungguhnya, aku berbangga dengan banyaknhya jumlah kalian dihadapan seluruh umat. Barang siapa memiliki kemampuan (untuk menikah), maka menikahlah. Dan barang siapa yang belum mampu, hendaklah ia berpuasa, karena puasa adalah perisai baginya.” (HR. Ibnu Majah). Menikah tidak hanya merupakan sunah Rasulullah, namun menikah bertujuan melengkapi agama, untuk memperoleh keturunan, untuk saling menasehati dalam kebaikan, serta menikah merupakan ibadah.
Setiap manusia selalu dibekali rasa cinta dan rasa ingin dicintai (hlm 93). Akan tetapi tidak semua bisa berlabuh dalam pernikahan. Sebagian ada yang menunda pernikahan dengan berbagai alasan, namun ada juga yang segera melabuhkan cintanya dengan pernikahan. Dalam islam bagi mereka yang telah siap dianjurkan segera menikah, namun bagi yang belum siap harus bisa mengelola hatinya sehingga tidak melakukan perbuatan dosa dan segera mempersiapkan diri.
Rasa takut untuk menikah adalah hal yang wajar- wajar saja, terlebih lagi bagi para remaja yang masih muda (hlm 94). Akan tetapi menikah adalah salah satu cara membuktikan cinta kita. Hal ini karena membuktikan cinta bukan dengan pacaran ataupun sejenisnya yang hanya mendatangkan dosa bagi kita.
Pada dasarnya, cinta itu indah (hlm 123). Namun jika cinta mengantarkan seseorang pada kejahatan, kemunafikan, kesesatan, dan kesengsaraan, bisa dipastikan itu bukan cinta. Ketika cinta itu datang, namun memancing seseorang untuk melakukan dosa, merasa memiliki cinta tersebut, memonopoli cinta tersebut, maka itu bukan cinta. Hal tersebut hanya nafsu kejahatan yang bertopengkan nama cinta. Cinta yang tulus dan suci hanya dapat dijumpai dengan sebuah pernikahan. Dengan berani membawa cinta tersebut ke penghulu untuk menuju pernikahan yang indah.
Namun pernikahan tidaklah segampang yang kita pikirkan. Banyak yang harus kita persiapkan dalam menempuh jenjang pernikahan. Baik dari segi agama, fisik, materi, maupun kesiapan mental. Selain itu menikah merupakan penyatuan dua keluarga, sehingga sangat diperlukan restu orang tua agar memperoleh pernikahan yang diberkahi.
Salah satu cara mempersiapkan diri adalah dengan memperdalam pengetahuan dan ilmu tentang pernikahan. Bisa dengan membaca buku, atau mengikuti seminar pranikah, maupun bertanya kepada mereka yang telah berpengalaman. Persiapan yang paling penting adalah persiapan ilmu dan metan, namun persiapan materi juga perlu, sehingga terwujud pernikahan yang sanikah, mawaddah, warahma.
Penulis, Emalia Nora
Blog: cahayaemalia.blogspot.com