JAKARTA, (Panjimas.com) — Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah Dahnil Anzar Simanjuntak turut angkat bicara menanggapi satu tahun pasca kicauan Presiden Jokowi melalui akun Twitter resminya mengenai Kasus penyerangan Penyidik Senior KPK Novel Baswedan, Rabu (01/08).
“Satu Tahun sudah, pernyataan dan perintah Pak @jokowi ini, sudah terlalu lama untuk kasus tsb Pak. Mari Bantu Polisi dengan membentuk TGPF, Pak Presiden,” kicau Dahnil Anzar.
Pada 1 Agustus 2017, Presiden Jokowi dalam cuitannya mengatajan “Kasus yang menimpa Pak Novel Baswedan harus segera dituntaskan, pengusutannya terus mengalami kemajuan-Jkw”.
Ironisnya, setahun berlalu, kasus Novel Baswedan masih tak jelas ujungnya, penyidikan Kepolisian tak kunjung mengungkap siapa dalang dibalik penyiraman air keras terhadap Novel Baswedan. Kasus ini bahkan telah memasuiki usia 16 bulan, kini Novel Baswedan pun telah aktif bertugas di KPK usai menjalani perawatan dan operasi mata di Singapura.
Hingga kini, Kepolisian RI belum menetapkan satu tersangka pun sebagai pelaku yang diduga menyiram air keras pada Novel Baswedan.
Dahnil Anzar Simanjuntak mengatakan klaim adanya kemajuan dalam penanganan kasus tersebut sudah terpatahkan. Alih-alih terang benderang, kasusnya makin gelap.
“Kemajuannya apa ya sampai hari tidak jelas. Bahkan kalau saya dan juga bang Novel menganggap kasusnya justru makin gelap,” ujar Dahnil.
Oleh karena itu, Dahnil mendesak agar Jokowi kembali merealisasikan janji yang pernah Ia kicaukan melalui akun twitternya setahun silam.
Jokowi harus segera membentuk tim gabungan pencari fakta (TGPF) kasus Novel. Dahnil berharap TGPF tak hanya bisa menuntaskan kendala teknis yang dikeluhkan polisi dalam penyidikan, namun juga melakukan pendalaman non teknis.
“Nonteknis itu soal faktor politik, ada orang yang sangat kuat di belakang kasus Novel. Bisa terungkap semua dalam TGPF dan realisasi janji Jokowi,” papar Dahnil.
Usut Tuntas Kasus Novel
Ketua Wadah Pegawai KPK, Yudi Purnomo mendesak Presiden Jokowi segera merealisasikan pembentukan Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) untuk mengusut kasus penyerangan penyidik senior KPK Novel Baswedan.
Yudi Purnomo menyampaikan hal ini menanggapi peringatan satu tahun usai Presiden Jokowi menulis kicauannya tentang kasus Novel melalui akun Twitternya.
Setahun silam, tepatnya Rabu (01/08/2017), Presiden Jokowi melalui akun Twitter resminya menulis, “Kasus yang menimpa Pak Novel Baswedan harus segera dituntaskan. Pengusutannya terus mengalami kemajuan -Jkw”.
“Kami tetap menaruh harapan agar Presiden Jokowi juga bersedia membentuk TGPF yang diisi oleh orang-orang yang independen karena selama 16 bulan ini pelaku dan motif teror terhadap rekan kami, Novel Baswedan gagal diungkap,” pungkas Yudi Purnomo, Rabu (01/08).
Ketua Wadah Pegawai KPK ini mendesak Presiden Jokowi segera mengusut tuntas kasus Novel hingga menemukan pelaku dan motif perbuatannya.
“Dituntaskan dalam artian pelakunya ditangkap dan diadili, serta mengungkap motif serta dalang dibaliknya,” tandas Yudi Purnomo.
Wajah Novel disiram air keras oleh orang tak dikenal usai menjalankan shalat subuh di masjid dekat kediamannya, pada 11 April 2017 lalu.
Sejak peristiwa itu, Novel fokus menjalani serangkaian operasi guna penyembuhan matanya. Proses penyembuhan juga dilakukan di rumah sakit yang berada di Singapura. Menurut hasil diagnosis dokter yang merawatnya pada waktu itu, mata kiri Novel mengalami kerusakan 100 persen. Sementara, mata kanan Novel mengalami kerusakan 50 persen akibat air keras yang disiram ke matanya.[IZ]