JAKARTA, (Panjimas.com) — Sesungguhnya praktik praktik korupsi di Indonesia bukannya makin berkurang, yang terjadi adalah menjadi sangat besar dan marak terjadi. Hanya saja tidak banyak diberitakan oleh berbagai media, demikian pernyataan Penyidik Senior KPK RI Novel Baswedan saat mengkritisi upaya pemberantasan korupsi yang ada di Indonesia.
“Walaupun praktik korupsi tetap banyak terjadi dan tidak akan hilang sampai dengan saat ini dan itu terjadi di semua tempat dan semua lembaga yang ada,” ujar Novel Baswedan dalam sebuah acara diskusi yang bertajuk, “Mencari Capres Anti Korupsi” di Gedung Dakwah Muhammadiyah, Selasa (17/07) kemarin.
“Kalaupun ada tindakan pencegahan korupsi, tapi yang ditindak hanya yang kecil kecil juga. Maka tentu saja kita miris dengan hal kejadian seperti itu,” ujar Novel kepada para awak media.
Ia juga menceritakan bagaimana kasus-kasus atau perkara dugaan korupsi yang skalanya lebih besar itu tidak ditangani oleh KPK dengan serius dan komprehensif. Sama seperti : korupsi yang terjadi pada sumber daya manusia, pangan, energi dan yang lainya.
“Hal ini mestinya yang harus menjadi fokus perhatian kita. Tapi yang kita liat kenyataannya adalah ketika tim siber dibentuk. Maka tim itu pun tidak berjalan,” pungkas Novel Baswedan berbicara dihadapan para wartawan.
Ketika pertama kali Novel disiram air panas dan juga dirinya diserang orang tak dikenal, Ia mengungkapkan bahwa dirinya ikhlas, saya telah juga menyampaikan siapa pelakunya, perbuatan ini juga terjadi oleh orang lain termasuk pegawai KPK, yg belum diungkap sampai dengan saat ini.
“Saya tidak ingin kedepan ada orang-orang yang memberantas korupsi menjadi khawatir bisa tidak terungkap, berhasil ditutupi sikap dalam rangka menyampaikan dan menyuarakan hal ini akan dilakukan akan berkomitmen dan semangat melakukan pemberantasan korupsi,” pungkasnya kepada para awak media.[ES]