SURABAYA (Panjimas.com) – Perilaku kurang ajar dan tak berakhlaq kembali ditunjukkan orang-orang liberal yang ada dalam lingkungan Universitas Islam Negeri (UIN) dengan menghina Islam dan simbol-simbol Islam. Yang lebih ironis dan tragis serta mengundang kemarahan, perilaku biadab itu dilakukan lebih dari sekali.
Setelah beberapa tahun silam, tepatnya hari Jum‘at 27 September 2004, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sunan Gunung Djati, Bandung, Jawa Barat (Jabar) membuat heboh dan mengundang kemarahan umat Islam Indonesia dengan tulisan ‘Anjinghu Akbar’ untuk menyindir dan menjelekkan kalimat Allahu Akbar, kini UIN Sunan Ampel Surabaya, Jawa Timur (Jatim) melakukan hal serupa, meskipun redaksinya berbeda.
Perilaku gila tersebut dilakukan oleh Mahasiswa Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Sunan Ampel pada kegiatan Orientasi Akademik dan Cinta Almamater (OSCAAR) tahun 2014 ini. Dalam acara tersebut, Senat Mahasiswa (SEMA) Fakultas Ushuluddin dan Filsafat mengangkat sebuah grand tema, “Tuhan Membusuk”.
Salah satu banner yang dipegang para mahasiswa bertuliskan, “TUHAN MEMBUSUK, Re-konstruksi Fundamentalisme menuju Islam Kosmopolitan, ORIENTASI CINTA AKADEMIK DAN ALMAMATER ’14, Senat Mahasiswa Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Sunan Ampel Surabaya, 28-30 Agustus 2014”.
Sedangkan dalam spanduk diluar kampus bertuliskan, “TUHAN MEMBUSUK, Re-konstruksi Fundamentalisme menuju Islam Kosmopolitan, ORIENTASI CINTA AKADEMIK DAN ALMAMATER OSCAR ’14 SENAT FUF, Senat Mahasiswa Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Sunan Ampel Surabaya, 28-30 Agustus 2014” dengan adanya bayang-bayang gambar Salib.
Tak pelak tema tersebut memancing reaksi penolakan dan kemarahan dari kalangan dekanat dan rektorat yang masih waras akal sehat dan otaknya. Namun, banyak pula dari sejumlah dosen liberal yang mendukung kegiatan dan tema gila tersebut.
Buntut dari ide gila dari kegiatan dan tema yang diangkat itu, banner dan spanduk yang bertulisan ‘Tuhan Membusuk’ itu harus diturunkan. Pihak dekanat beralasan, tema itu dikhawatirkan akan dikonsumsi masyarakat awam. [GA/santrinews]