DAMASKUS, (Panjimas.com) — Iran dan Suriah baru-baru ini menandatangani perjanjian untuk kerja sama militer dalam pertemuan menteri kedua negara itu di Damaskus, demikian menurut kantor berita Tasnim, Senin (27/08).
Menteri Pertahanan Iran Amir Hatami berkunjung ke Damaskus pada Ahad selama dua hari, dalam rangka menemui Presiden Bashar al-Assad dan pejabat tinggi militer.
Sebagaimana diketahui Pasukan Iran mendukung rezim Bashar al-Assad dalam perang sipil di Suriah, dikutip dari Reuters.
Namun, Tasnim tidak memberikan rincian mengenai perjanjian kerja sama militer Iran-Suriah tersebut.
“Iran memiliki kemampuan tinggi di bidang pertahanan dan dapat membantu Suriah dalam memperluas peralatan militer mereka,” pungkas Hatami seperti dikutip dari laman Asharq Al-Awsat.
“Kami berharap memiliki peran produktif dalam rekonstruksi Suriah,” ujarnya.
Sementara itu, Penasehat Keamanan Nasional Amerika Serikat John Bolton pada pekan lalu mengatakan bahwa Iran seharusnya menarik pasukannya dari Suriah, menurut laporan Reuters.
Pejabat tinggi Iran mengatakan kehadiran militernya di Suriah atas permintaan rezim Bashar al-Assad dan pihaknya belum memiliki rencana segera untuk menarik mundur pasukannya.
Bashar al-Assad, yang didukung Rusia dan Iran, bertekad akan menguasai kembali “setiap inci” wilayah Suriah, kendati sekarang ia telah merebut sebagian besar wilayah negaranya, kehadiran Turki akan membuat rumit tiap upaya ofensif pemerintah di bagian Barat Laut.
Oposisi Suriah baru-baru ini membentuk “Tentara Nasional” dengan bantuan Turki. Hal ini bisa menjadi rintangan berjangka waktu lama bagi upaya Bashar al-Assad dalam merebut kembali wilayah Barat Laut.
Usaha tersebut merupakan inti dari rencana oposisi yang didukung Turki untuk menjamin dan memerintah sebuah wilayah yang membentuk bagian dari benteng terakhir kubu Oposisi di Suriah.
Kehadiran pasukan Turki di darat telah membantu melindunginya dari serangan pasukan Assad. Peran Turki melampaui dukungan bagi pasukan sekutu Suriah untuk membangun kembali sekolah dan rumah sakit. Sedikit-dikitnya lima cabang kantor pos Turki telah dibuka di kawasan itu.
AS memang turut terlibat dalam konflik di Suriah. Berbeda dengan Iran, AS mendukung kelompok oposisi.
Sejak konflik Suriah pecah pada 2011, Iran dan Rusia dianggap sebagai sekutu utama rezim Assad. Kedua negara itu menawarkan dukungan politik, ekonomi, dan militer kepada pemerintah Assad.
Meskipunn telah berlangsung selama sekitar tujuh tahun, konflik Suriah belum menunjukkan tanda-tanda akan berkahir. Sejumlah upaya perundingan dan negosiasi yang diinisiasi PBB belum menemui titik temu yang dapat mendamaikan pemerintah Suriah dan kubu oposisi.
Konflik Suriah menyebabkan lebih dari setengah juta orang tewas. Pertempuran yang tak kunjung usai juga menyebabkan lebih dari 10 juta warganya mengungsi ke berbagai negara.[IZ]