ISLAMABAD, (Panjimas.com) — Berbagai elemen masyarakat Pakistan seperti politisi, masyarakat sipil dan aktivis media sosial menggelar kampanye ‘Beli Lira’ selama tiga hari hingga ditutup pada Sabtu (18/08) waktu setempat.
Pakistan melakukan kampanye tersebut sebagai bentuk aksi solidaritasnya kepada Turki yang tengah menghadapi tekanan keuangan disebabkan penahanan seorang pastur AS, Andrew Brunson.
Warga Pakistan berbondong-bondong ke tempat penukaran uang lokal untuk membeli mata uang Turki, Lira di Ibukota Islamabad, Karachi, Lahore dan juga kota-kota lainnya.
Di ibukota Islamabad, kampanye utama diselenggarakan oleh para politisi dan pegiat media sosial di Islamabad Press Club.
Sementara itu, Putra Almarhum mantan pemimpin Jamaat-Islami Qazi Hussein Ahmad, Asif Luqman Qazi mengatakan, warga Pakistan danTurki merupakan satu bangsa. Pakistan akan selalu ada untuk Turki.
“Turki selalu mendukung Pakistan, sekarang Turki membutuhkan kami dan kami siap untuk Turki,” ujar Asif Luqman dikutip dari Andalou Ajansi, Ahad (19/08).
Menurut Luqman Qazi, pembelian lira Turki dan produk Turki lainnya akan terus berlanjut bahkan sampai nilai tertinggi.
Anggota Parlemen dari Azad Kashmir, Abdul Rasheed Turabi mengatakan, tujuan mereka berkumpul adalah untuk mengekspresikan solidaritas Pemerintah Pakistan kepada Pemerintah Turki. Menurutnya setiap negara memiliki hak untuk mengatur urusan hukum negara itu sendiri.
“Kita semua berkumpul di sini untuk mendukung Turki. Tidak ada negara yang berhak ikut campur dalam urusan negara lain termasuk Turki yang memiliki hak untuk membela kedaulatannya,” tegasnya.
Di Karachi, pedagang, pegiat media sosial dan aktivis masyarakat sipil, termasuk wartawan juga turut berkumpul di depan Press Club Karachi untuk mengekspresikan solidaritas dengan Turki.
“Orang Turki tidak boleh menganggap mereka sendirian dalam perang melawan hegemoni. Rakyat Pakistan bersama mereka,” ujar Presiden Asosiasi Pedagang Kecil Karachi, Mahmood Hamid, yang membeli 200 lira dari pertukaran uang lokal di pasar Zainab.
Upaya solidaritas yang terus berlangsung telah mendorong ribuan orang di seluruh negeri untuk membeli lira Turki. Hal itu memaksa penukar uang untuk mengatur mata uang Turki lebih banyak untuk mengatasi permintaan yang terus meningkat.
“Kami mengatur lira Turki secara darurat karena permintaan untuk mata uang telah meningkat dalam beberapa hari terakhir,” ujar Khalid Hussain, seorang pejabat di Piracha Money Exchange Karachi dikutip dari Anadolu.
Sebelumnya, imbuh Hussain, lira Turki bukan mata uang yang populer di Pakistan, oleh karena itu pihak ‘money changer’ hanya memiliki stok terbatas. Namun permintaan Lira tercatat mengalami peningkatan mendadak dalam beberapa hari terakhir.
Hussein mengatakan, pekan lalu, satu lira dijual seharga 21 rupee Pakistan di Pakistan. Saat ini, satu lira dijual seharga 25 rupee. “Kalau di pasar gelap, harganya lebih tinggi, naik menjadi 28 rupee,” tukasnya.
Turki dan Amerika Serikat saat ini tengah mengalami hubungan yang kurang harmonis setelah Washington memberlakukan sanksi terhadap dua menteri pemerintahan Ankara. Ini lantaran Turki tidak melepaskan pendeta Amerika, Andrew Brunson.
Pada 10 Agustus, Presiden Donald Trump melanjutkan serangannya ke Turki dengan mengenakan tarif ganda atas impor aluminium dan baja Turki. Rabu lalu, sebagai pembalasan, Turki meningkatkan tarif pada beberapa produk asal AS, termasuk alkohol dan produk tembakau dan mobil.[IZ]