ISTANBUL, (Panjimas.com) — Menyusul semakin runcingnya konflik AS-Turki, dalam kampanye media sosial, rakyat dan perusaahan Turki bersikap tegas memboikot produk AS. Hal ini menanggapi seruan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada Selasa (14/08) untuk memboikot produk elektronik AS.
Selanjutnya, Rakyat Turki mulai mengungkapkan aspirasi mereka melalui media sosial dengan mengunggah daftar barang AS yang akan diboikot mulai dari makanan cepat saji hingga merek pakaian.
“Kami meminta pasar Turki, BIM dan A101, agar tidak menjual produk AS apapun, termasuk Coca-Cola,” demikian salah satu kicauan warganet melalui Twitter dengan tagar “boycott”.
Satu kicauan lain atas nama Melike bertuliskan, “Beli lira Turki dan bukan dolar dan minum kopi Turki bukan kopi Starbucks Amerika.”
Sementara itu, rakyat telah berbagi video yang memperlihatkan bagaimana mereka menghancurkan iPhone mereka dengan palu, dan saling menyeru yang lain agar melakukan tindakan yang sama.
“Produk Apple, iPhone, adalah favorit rakyat Turki. Tapi, tampaknya mereka akan berhenti menggunakannya,” pungkas Muzaffer Cengiz, seorang pemilik gerai telepon genggam di Istanbul.
“Harga satu iPhone 7 ialah 3.000 lira atau 594 dolar AS pada awal Agustus. Sekarang harganya 4.000 lira,” ujarnya Cengiz dikutip dari Xinhua News, Kamis (16/08) pagi.
“Para importer tidak menunggu lama untuk memasang nilai dolar yang tinggi”, tandasnya.
Media lokal memberitakan bahwa BIM telah berhenti menjual iPhone 6 setelah pernyataan Erdogan.
Perusahaan penerbangan nasional Turki, Turkish Airlines, dan perusahaan telekomunikasi utama Turki pada Selasa juga mengumumkan mereka akan berhenti memasang iklan di media AS.
Yahya Ustun, Wakil Senior Presiden perusahaan penerbangan tersebut Urusan Media, dalam kicauannya dengan tagar “don`t give advertisments to the U.S.”, bahwa “kami, Turkish Airlines, menempatkan diri kami bersama rakyat dan negara kita”.
Menurut Mert Yilmaz, seorang ahli ekonomi Turki, seruan boikot semacam itu sangat normal ketika hubungan kedua negara dalam kondisi memburuk.
Pekan lalu, Washington melipat-gandakan tarif baja dan alumunium atas Turki sehubungan dengan tindakan Turki menahan pastur AS Andrew Brunzon.
Sebagai aksi balasan, Erdogan menandatangani dekrit untuk juga menaikkan tarif atas beberapa import AS termasuk mobil, alkohol dan tembakau, menurt salah satu laporan resmi pada Rabu (15/08).
“Reaksi Turki atas sanksi AS baru-baru ini dengan tambahan tarif bernilai 533 juta dolar AS,” kata Menteri Perdagangan Turki Ruhsar Pekcan, yang dikutip kantor berita resmi Turki, Anadolu Ajansi.
Sementara itu, mereka lokal dan asing yang beroperasi di Turki bersiap untuk menaikkan harga produk mereka dalam tindakan untuk menyesuaikan diri dengan nilai tukar mata uang asing.
“Kami akan menaikkan harga kami sebesar 20 persen,” kata seorang direktur merek barang kepada Xinhua News. Ia tak bersedia menyebutkan nama perusahaannya.
“Kami adalah cabang perusahaan tekstil asing produksi luar negeri dengan menggunakan dolar AS dan menjualnya dengan mata uang Turki,” tukasnya.
“Dalam kondisi ini, tak mungkin kami melanjutkan operasi kami di sini dengan harga yang sama,” paparnya.
“Dalam kehidupan pekerjaan kami, saya melihat sangat banyak pembeli untuk pertama kali,” jelas Ayse Solmaz, seorang pekerja toko pakaian di Jalan Istiklal, dikutip dari Xinhua.[IZ]