DAKAR, (Panjimas.com) — Setelah berupaya memperkuat pengaruhnya di kawasan Tiimur Tengah dengan menggelontorkan lebih dari $23 miliar dollar AS dalam bentuk pinjaman dan bantuan kemanusiaan ke negara-negara Arab, Presiden China Xi Jinping berjanji memperkuat hubungan ekonomi dengan negara-negara Afrika. Hal ini disampaikanyya saat berada di Senegal dalam rangka memulai lawatannya ke beberapa negara di benua Afrika.
Xi Jinping tiba di Senegal pada Sabtu (21/07) lalu dalam kunjungannya selama dua hari guna menandatangani perjanjian bilateral, seperti dilansir Reuters. Dari Senegal, ia juga kemudian mengunjungi Rwanda dan Afrika Selatan, untuk kemudian menghadiri konferensi tingkat tinggi negara-negara BRICS: Brazil, Rusia, India, China dan Afrika Selatan.
Afrika merupakan benua yang sudah dibanjiri betuk pinjaman murah dari China sebagai ganti sumber daya mineral dan proyek-proyek konstruksi China.
China sekarang melakukan perdagangan lebih banyak dengan Afrika daripada negara lain, dan perhatiannya yang konsisten dengan benua itu, kontras dengan Amerika Serikat. Presiden Donald Trump memperlihatkan sedikit ketertarikannya dengan Afrika.
Kunjungan tersebut merupakan lawatan pertama Xi ke Afrika Barat sebagai Presiden, tetapi merupakan lawatan keempatnya ke Afrika, demikian disampaikannya dalam jumpa pers bersama dengan Presiden Senegal Macky Sall setelah pertemuan ketiga mereka.
“Tiap kali saya datang ke Afrika, saya melihat dinamisme benua ini dan aspirasi rakyatnya untuk pembangunan,” ujar Xi Jinping. “Saya sangat percaya akan masa depan hubungan China-Afrika.”
Sebelumnya Xi disambut pejabat tinggi dan ratusan orang yang mengibarkan bendera-bendera China dan Senegal serta mengenakan kemeja bergambar wajah kedua pemimpin itu.
Afrika sedang giat membangun proyek-proyek prasarana, dikelola dan dengan murah didanai China, bagian dari inisiatif “Sabuk dan Jalan” yang Xi prakarsai untuk membangun jejaring transpor menghubungkan China lewat darat dan laut ke Asia Tenggara, Asia Tengah, Timur Tengah, Eropa dan Afrika.
China telah menjanjikan pinjaman senilai 126 miliar dolar AS sebagai sumber keuangan vital untuk negara-negara berkembang itu.
Di Senegal, pinjaman China digunakan untuk mendanai jalan bebas hambatan yang menghubungkan ibu kota Dakar ke Touba, kota utama keduanya, dan bagian dari kawasan industri di Semenanjung Dakar.
Duta Besar China untuk Senegal Zhang Xun, seperti dikutip media lokal pada Maret, mengatakan total investasi China di negara itu mencapai 100 juta dolar tahun 2017.
“Senegal memandang positif peran China di Afrika,” papar Sall dalam jumpa pers itu. “Demi sumbangannya bagi perdamaian, stabilitas dan sejajar … untuk membiayai anggaran.”
Akan tetapi, para kritikus mengatakan Afrika membebani dirinya dengan berhutang kepada China yang diperkirakan nilainya puluhan miliar dolar, dan benua itu akan bersusah payah mengembalikan hutangnya. Hal itu dapat membuat negara-negara Afrika tak mempunyai pilihan selain menyerahkan saham-saham dalam aset-aset strategis mereka kepada China.
Para pejabat AS telah memperingatkan bahwa sebuah pelabuhan di Djibouti, negara kecil di Tanduk Afrika, dapat mengalami nasib ini, walaupun Djibouti menolak hal itu. Di negara tersebut, AS dan Prancis memiliki pangkalan militer.
Di Guinea, sementara itu, salah satu negara termiskin di dunia, China memberikan pinjaman senilai 20 miliar dolar AS kepada pemerintah sebagai ganti untuk konsesi bijih alumunium.
Selain perdagangan dan mineral, China juga memandang Afrika sebagai sumber dukungan politik. Diplomasi China, sejak Mei tahun ini, berhasil mengajak tiap negara Afrika kecuali Swaziland untuk memutus hubungan dengan Taiwan, negeri yang diklaim Beijing sebagai provinsinya yang membangkang.[IZ]