GAZA, (Panjimas.com) — Militer Israel baru-baru ini menggelar operas serangan besar-besaran di wilayah Jalur Gaza, Jumat (20/07).
Israel mengerahkan tank, pesawat tempur, dan tembakan artileri, serta tentaranya dalam operasi ini, hal ini dinilai merupakan tanggapan terhadap tembakan ke arah tentaranya di sepanjang perbatasan Gaza, demikian menurut sumber Milliter Israel, dikutip dari Anadolu.
Pesawat tempur Israel mengudara di atas Gaza, ujar pejabat Israel itu, yang berbicara secara anonim.
Militer Israel mengatakan tentara melancarkan serangan besar-besaran yang menargetkan titik-titik militer yang diduga milik Hamas.
Militer Israel menegaskan bahwa personilnya dalam siaga tinggi, dan mengatakan: “Hamas memilih untuk meningkatkan ketegangan dan akan menanggung konsekuensi dari tindakan ini.”
Menurut media Israel, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu tiba di markas militer di Tel Aviv untuk meninjau situasi di Gaza.
Kementerian Kesehatan Palestina melaporkan sebelumnya bahwa empat warga Palestina gugur dibunuh Jumat lalu oleh pasukan Israel dalam dua insiden terpisah di dekat zona perbatasan Gaza-Israel.
Sejak aksi demonstrasi dimulai pada 30 Maret lalu, lebih dari 140 pengunjuk rasa Palestina telah terbunuh – dan ribuan lainnya luka-luka – akibat tembakan tentara zionis Israel.
Warga Palestina di Gaza terus melakukan aksi demonstrasi berbulan-bulan di sepanjang perbatasan yang mencapai puncaknya pada tanggal 15 Mei lalu. Hari itu akan menandai peringatan 70 tahun pendirian negara Israel – sebuah acara yang disebut oleh warga Palestina sebagai peristiwa “Nakba” atau “Malapetaka”.
Para pengunjuk rasa menuntut agar para pengungsi Palestina diizinkan mendapatkan hak-haknya untuk pulang kembali ke kota-kota dan desa-desa yang keluarga mereka diami saat terpaksa melarikan diri, atau diusir dari tanah miliknya, saat negara Yahudi Israel dideklarasikan pada tahun 1948.
Para aktivis Palestina menggambarkan kamp-kamp dan tenda-tenda perkemahan itu sebagai “titik pementasan untuk kami kembali ke tanah air dari mana kami diusir pada 1948”, dikutip dari Anadolu.
Mereka juga menuntut diakhirinya blokade Israel di Jalur Gaza, yang telah menghancurkan perekonomian wilayah pesisir itu dan memutus akses dua juta penduduknya dari berbagai barang kebutuhan pokok.[IZ]