DARA’A, (Panjimas.com) — Pasukan Oposisi di Provinsi Quneitra, Suriah Barat Daya dikabarkan mulai meninggalkan wilayah tersebut, usai bertempur dengan pasukan rezim Assad di dekat perbatasan Israel.
Konvoi bus berangkat pada Jumat (20/07) sore membawa rombongan kelompok oposisi pertama, yang terdiri dari para anggota keluarga dan juga warga sipil lainnya ke wilayah yang dikuasai oposisi di wilayah Utara tempat mereka akan tinggal di antara lebih dari satu juta penduduk yang terlantar akibat perang sipil yang berlangsung hampir tujuh tahun lamanya, dikutip dari Anadolu.
Penyerahan wilayah Quneitra, mengacu pada kesepakatan yang terjadi antara pasukan oposisi dan pasukan rezim Assad, hal ini dinilai merupakan kemajuan bagi rezim Bashar al-Assad dimana pasukannya hampir merebut kembali kendali atas wilayah bagian Selatan negara itu setelah 7 tahun lamanya berada dalam kendali pasukan oposisi.
Dalam kesepakatan itu disebut “menetapkan keberangkatan ke Idlib bagi pejuang yang menolak tetap tinggal,” dan mengizinkan mereka yang masih ingin “memperbaiki” status mereka dengan pihak berwenang, yang berarti menerima kembalinya kekuasaan negara.
Stasiun Televisi Al-Ikhbariya yang berafiliasi dengan rezim Assad Jumat (20/07) lalu menyiarkan berita tentang para pejuang Oposisi yang tampak memasuki bus-bus di desa Um Batina di Quneitra, yang berdekatan dengan wilayah Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel.
Sementara itu, media pro-rezim ‘Central Military Media’ mengatakan ada 50 bus yang siap mengangkut para kelompok oposisi ke Provinsi Idlib, wilayah luas yang dikuasai faksi-faksi Oposisi di Suriah Barat Laut.
Laman berita militer yang dijalankan oleh Syiah Hezbollah Libanon, yang berperang untuk mendukung rezim Damaskus, mengatakan konvoi bus “membawa militan” meninggalkan al-Quneitra menuju wilayah Utara.[IZ]