KABUL, (Panjimas.com) — Akibat perang di Afghanistan, setidaknya 363 anak-anak dilaporkan terbunuh dan 992 lainnya luka-luka selama enam bulan paruh pertama tahun 2018, demikian menurut laporan Save the Children, Senin (16/07).
“Pada saat yang sama, telah terjadi peningkatan yang mengkhawatirkan dalam serangan terhadap fasilitas pendidikan, termasuk setidaknya 12 serangan di Provinsi Nangarhar pada bulan lalu saja,” ujat LSM Save the Children dalam pernyataannya yang disimpulkan berdasarkan laporan terbaru PBB di Afghanistan
UN Assistance Mission in Afghanistan (UNAMA) mengkonfirmasi angka 5.122 korban sipil diantaranya 1.692 kematian dan 3.430 korban terluka, dalam jangka enam bulan terakhir, paruh pertama tahun 2018, dikutip dari Anadolu. Jumlah ini merupakan yang terbanyak sejak UNAMA mulai mendokumentasikan korban sipil pada tahun 2009.
“Sangat memprihatinkan melihat begitu banyak warga sipil terbunuh di Afghanistan, di mana telah terjadi kemerosotan dalam situasi keamanan dalam beberapa tahun terakhir,” ujar Direktur Save the Children Cabang Afghanistan, Onno van Manen dalam pernyataannya.
Sebagaimana diketahui gencatan senjata diberlakukan selama tiga hari, situasi yang belum pernah terjadi sebelumnya, antara pemerintah Afghanistan dan Taliban pada bulan Juni lalu, saat momen Hari Raya Idul Fitri 1439 H.
“Gencatan senjata singkat menunjukkan bahwa pertempuran dapat dihentikan dan warga sipil Afghanistan tidak perlu lagi menanggung beban perang,” pungkas Tadamichi Yamamoto, Perwakilan Khusus Sekretaris Jenderal PBB untuk Afghanistan.
Penggunaan bom jibaku dan bom IED menyebabkan hampir separuh dari semua total jumlah korban sipil, menurut laporan itu.
Laporan UNAMA mengklaim 52 persen korban disebabkan oleh IS sementara Taliban bertanggung jawab atas 40 persen lainnya.[IZ]