KABUL, (Panjimas.com) — Amerika Serikat (AS) mengatakan pihaknya siap bergabung dalam perundingan langsung dengan Taliban untuk mengakhiri perang yang telah berlangsung selama 17 tahun di Afghanistan, demikian menurut pernyataan salah satu petinggi militer AS, Jenderal John Nicholson, Senin (16/07).
Pernyataan Nicholson tersebut disampaikan ditengah semakin intensifnya upaya diplomatik menyusul gencatan senjata pada Hari Raya Idul Fitri lalu di mana para pejuang Taliban memasuki kota-kota Afghanistan dengan bebas tanpa senjata.
John Nicholson, yang kini menjabat sebagai Kepala Misi NATO di Afghanistan, mengatakan, mereka mengakui gencatan senjata itu berperan besar dalam upaya perdamaian.
“Menteri Luar Negeri kami, Mike Pompeo, mengatakan bahwa kami siap berunding dengan Taliban dan mendiskusikan peran pasukan internasional (di Afghanistan yang dituntut untuk segera keluar dari negara tersebut),” pungkas Nicholson.
“Kami berharap mereka juga menyadari hal ini karena bisa membantu proses perdamaian maju selangkah,” imbuhnya.
Sebelumnya, New York Times melaporkan, pemerintahan Presiden Trump, telah meminta kepada para diplomatnya untuk mengupayakan perundingan langsung dengan Taliban.
Juru bicara Kantor Biro Politik Taliban di Qatar, Sohail Shahin, mengatakan bahwa dirinya masih menunggu konfirmasi dari Washington, namun menyambut baik pendekatan baru AS.
“Ini adalah hal yang kami inginkan dan kami tunggu-tunggu, untuk duduk dengan Amerika Serikat secara langsung dan merundingkan penarikan pasukan asing dari Afghanistan,” ujar Shahin.
Shahin mengatakan bahwa sebagai langkah pertama, dia berharap PBB akan menghapus nama-nama pemimpin Taliban dari daftar hitam.
Sohail Shahin juga mengatakan bahwa kehadiran pasukan internasional di negaranya adalah persoalan utama dan mengaku siap mendengarkan keluhan Amerika Serikat.
Sementara itu sejumlah pejabat Amerika Serikat mengatakan, Trump semakin tidak sabar atas situasi di Afghanistan, di mana Taliban menguasai banyak wilayah meski Washington sudah menerapkan strategi militer baru yang lebih agresif.
Selama ini Taliban selalu menolak berunding dengan pemerintahan Presiden Afghanistan Ashraf Ghani, karena dinilai tidak sah dan hanya merupakan boneka Washington. Taliban hanya mau duduk dengan Amerika Serikat.
Di sisi lain, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Mike Pompeo, juga sudah berubah sikap. Sebelumnya dia mengatakan bahwa hanya pemerintahan Ghani yang punya legitimasi untuk berunding dengan Taliban. Kini Pompeo mengaku siap bergabung di meja runding dengan Taliban.
Pompeo bahkan bersedia mendiskusikan posisi pasukan internasional di Afghanistan.[IZ]