WELLINGTON, (Panjimas.com) — Laporan pertahanan Selandia Baru yang dipublikasikan baru-baru ini memperingatkan bahwa pengaruh China meningkat pesat di kawasan Pasifik Selatan, Jumat (06/07). pengaruh ini dinilai dapat merusak stabilitas di kawasan itu.
Selandia Baru dan Australia sejauh ini merupakan dua pemain utama di Pasifik Selatan, namun dalam laporan pertahanan itu, Selandia Baru saat ini kehilangan pengaruh di antara negara-negara pulau kecil di kawasan Pasifik Selatan, dan pegaruh itu saat ini ada dalam genggaman China.
“Keamanan nasional Selandia Baru tetap terkait langsung dengan stabilitas Pasifik. Ketika negara-negara Kepulauan Pasifik berkembang, maka mitra tradisional seperti Selandia Baru dan Australia akan ditantang untuk mempertahankan pengaruh,” tulis laporan itu, dilansir dari Antara.
“China memiliki pandangan tentang hak asasi manusia dan kebebasan informasi yang bertentangan dengan yang berlaku di Selandia Baru,” demikian menurut laporan itu.
Selandia Baru mengumumkan akan meningkatkan bantuan luar negeri hampir sepertiga sebagai bagian untuk melawan pengaruh China yang meningkat di Pasifik Selatan.
“Kami hidup di masa yang penuh gejolak, dunia berubah dan muncul kembali persaingan kekuatan besar,” pungkas Menteri Pertahanan Selandia Baru, Ron Mark, kepada para wartawan, di Wellington.
Australia adalah negara pendonor bantuan terbesar ke kawasan Pasifik, dengan komitmen Rp1,8 triliun tahun ini. Tetapi dengan defisit anggaran yang besar, anggaran bantuannya akan jatuh ke level terendah sehingga membuka pintu bagi China, papar para pengamat.
Bantuan ekonomi China ke wilayah ini tumbuh secara signifikan, menurut lembaga pemikir Australia Lowy Institute, dengan perkiraan 1,78 miliar dolar Amerika Serikat yang sudah dibelanjakan sejak 2006-1016.
China membantah mereka menggunakan program bantuannya untuk memberikan pengaruh di wilayah yang diberkati dengan banyak sumber daya alam itu.
Februari lalu, Taiwan menuding China menekan Papua Nugini, penerima bantuan Beijing yang besar, untuk merusak hubungan keduanya.
“Dalam makalah kebijakan terakhir pada 2016, Selandia Baru berbicara tentang perubahan iklim dan kekhawatiran non-tradisional hal-hal seperti pembajakan dan penyelundupan, sementara di posisi selanjutnya ialah kompetisi regional. Sekarang hal ini menjadi elemen sentral,” ungkap Euan Graham, Direktur Program Keamanan Internasional di Lowy Institute Australia.
“Hal ini akan disambut sekutu internasional utama,” jelasnya.
Mengutip dugaan campur tangan dalam politik domestiknya, Australia bulan lalu mengesahkan undang-undang baru untuk membatasi Beijing.
Australia juga berencana untuk menghabiskan porsi yang signifikan dari anggaran bantuan Pasifik untuk membangun kabel internet berkecepatan tinggi untuk Papua Nugini dan Kepulauan Solomon, dan akan meningkatkan keamanan Siber untuk Vanuatu guna melawan pengaruh China yang semakin besar.
Para pemimpin Kepulauan Pasifik, yang meliputi Australia dan Selandia Baru, akan bertemu pada bulan September di Nauru untuk pertemuan tahunan mereka, di mana perjanjian baru yang meliputi pertahanan, hukum dan ketertiban, bantuan kemanusiaan diharapkan akan ditandatangani.[IZ]