ADELAIDE, (Panjimas.com) — Australian Catholic Bishops Conference, Konferensi Wali Gereja Australia, badan nasional yang digunakan oleh para uskup untuk menangani masalah-masalah nasional, mengatakan pihaknya berharap hukuman terhadap Uskup Agung Wilson dapat “membawa rasa damai” kepada para korban yang dilecehkan oleh pastur Jim Fletcher.
“Dibutuhkan keberanian besar bagi yang selamat untuk maju untuk menceritakan kisah-kisah mereka,” jelas Konferensi Uskup Katolik Australia dalam pernyataannya.
“Para korban yang selamat sangat penting dalam membantu kami mempelajari pelajaran dari sejarah penyalahgunaan dan perlindungan kami yang memalukan”, ungkap Australian Catholic Bishops Conference, dikutip dari laporan Agence France-Presse (AFP).
“Gereja telah membuat perubahan besar untuk memastikan bahwa pelecehan seksual dan menutup-nutupi itu bukan lagi bagian dari kehidupan Katolik dan bahwa anak-anak aman di komunitas kami”, tandasnya.
Seperti di tempat-tempat lainnya di dunia, Australia telah diganggu oleh tuduhan bahwa Gereja Katolik mengabaikan dan menutupi pelecehan seksual terhadap anak.
Penyelidikan nasional ke dalam masalah ini diperintahkan pada tahun 2012 setelah satu dekade tekanan untuk menyelidiki dugaan luas tentang kasus pedofilia institusional.
Royal Comission – yang bertugas menyelidiki selama lima tahun – berbicara kepada ribuan korban dan mendengar klaim pelecehan seksual yang melibatkan gereja, panti asuhan, klub olahraga, kelompok pemuda dan sekolah.
Bulan lalu, Perdana Menteri Malcolm Turnbull setuju untuk menyampaikan permintaan maaf resmi kepada para korban pelecehan seksual anak-anak yang dilembagakan, demikian salah satu dari rekomendasi kunci penyelidikan.
Rekomendasi lainnya adalah bahwa skema ganti rugi dibentuk untuk mendukung korban dengan proses konseling, perawatan psikologis dan pembayaran denda finansial.
Semua pemerintah negara bagian Australia kini telah mendaftar ke dalam program tersebut, yang mulai berlaku pada hari Ahad (01/07). Program ini akan memberikan kompensasi dana kepada para korban hingga senilai Aus$ 150.000 dollar Australia (US $ 113.000 dolar AS).
‘Sejarah Memalukan dan Merusak Gereja Katolik”
Pengakuan akan skandal besar ini tidak hanya terjadi kali ini saja, Misalnya dipaparkan secara jelas dalam artikel yang terbit di The Australian pada 22 Oktober tahun 2015 lalu, Gereja Katolik telah menggambarkan sejarahnya tentang pelecehan seksual anak di Australia sebagai suatu hal yang “memalukan dan korosif (merusak)”.
CEO of the Truth, Justice and Healing Council, Francis Sullivan mengatakan “sejarah gereja itu penuh dengan contoh-contoh menutup-nutupi skandal, kejahatan dan para pemimpin gereja gagal dalam salah satu prinsip dasar dari panggilan mereka”, dikutip dari The Australian.
Sullivan memimpin dukungan gereja untuk skema ganti rugi nasional untuk mengkompensasi para korban pelecehan seksual. Skema ini telah direkomendasikan oleh, “Royal Commission into Institutional Responses to Child Sexual Abuse”, Komisi Kerajaan dalam Respons Institusional untuk Pelecehan Seksual Anak.
Dalam pidatonya di Universitas Katolik Australia “ Australian Catholic University’, Sullivan mengatakan bahwa sangat penting bagi umat Katolik agar tidak menyerah pada perasaan bahwa Royal Comission ataupun media bertujuan untuk “menyudutkan” institusi gereja
“Faktanya adalah kami berada di pusat komisi kerajaan karena secara kolektif Gereja Katolik bertanggung jawab atas lebih banyak pelecehan daripada lembaga lain di Australia, publik atau swasta,” jelasnya.
“Kami adalah fokusnya karena sejarah pelecehan seksual anak kami memalukan, korosif dan kami terlibat”, pungasnya.
“Ini tersebar di setidaknya 60 atau 70 tahun serta terdokumentasi dengan baik dan sangat mungkin beberapa dekade lebih lamanya”, imbuhnya.
“Ini penuh dengan contoh-contoh menutup-nutupi (skandal) and kejahatan dan pemimpin gereja gagal dalam salah satu prinsip dasar panggilan mereka, untuk merawat dan melindungi pihak yang paling rentan”, ujar Francis Sullivan.
Sejauh ini pemerintah federal tidak berkomitmen dalam menanggapi rekomendasi untuk skema ganti rugi nasional. Di bawah model yang direkomendasikan oleh Royal Comission, lembaga-lembaga yang terlibat pelecehan seksual akan membayar kompensasi kepada para korban.
Diperkirakan oleh komisi bahwa pembayaran akan mencapai nilai $ 4.01 milyar selama 10 tahun, dan mereka akan dibatasi maksimal $ 200.000, dan rata-rata $ 65.000.
Francis Sullivan mengatakan di Australia, Gereja Katolik memiliki kesempatan unik. “Kita harus menggunakan kesempatan ini untuk membangun kembali gereja sebagai organisasi yang kredibel, bersedia mengakui kegagalan, menerima kritik dan menempatkan reformasi dan bergerak maju.”[IZ]