DARAA, (Panjimas.com) — Kubu Oposisi Suriah yang diwakili oleh Komisi Negosiasi Suriah, Syrian Negotiations Commission (SNC) Ahad (01/07) lalu menyerukan kepada komunitas internasional untuk mengecam kejahatan terhadap rakyat Suriah yang dilakukan rezim Assad di Provinsi Daraa, Suriah Barat Daya.
Dalam pernyataannya melalui Twitter, juru bicara SNC, Yahya Aridi mengatakan: “Kami menyerukan kepada masyarakat internasional untuk mengutuk pelanggaran brutal di zona de-eskalasi di Tenggara [sic] dan mengambil semua langkah yang mungkin untuk menghentikan serangan ini pada orang-orang kami.”
Dalam pernyataannya, SNC mengatakan Rusia dan Iran melanggar perjanjian yang mereka buat dan hal tersebut “tidak mengherankan” bahwa mereka terbukti “benar-benar tidak dapat dipercaya”, dilansir dari Anadolu Ajansi.
“Satu-satunya solusi adalah proses politik yang disepakati oleh PBB dan harus dilindungi Dewan Keamanan,” pungkas Yahya Aridi.
“Stabilitas tidak dapat diwujudkan dengan kekerasan, itu hanya dapat dicapai melalui negosiasi,” imbuh pernyataan jubir SNC itu.
Sekitar 198.000 warga yang telah melarikan diri dari kota Daraa di Suriah Barat Daya menuju ke daerah perbatasan dekat Yordania dan Israel, demikian menurut Syrian Network for Human Rights (SNHR), Ahad (01/07).
Ratusan ribu pengungsi terpaksa melarikan diri dari kota Daraa karena serangan intensif rezim Assad dan milisi-milisi sekutunya.
Setidaknya 214 warga sipil dilaporkan tewas akibat serangan rezim, didukung oleh operasi udara Rusia, di Daraa antara tanggal 15 Juni hingga 30 Juni, menurut laporan SNHR., dikutip dari Anadolu.
Korban jiwa termasuk 65 anak-anak dan 43 perempuan, ujar Jaringan Suriah untuk Hak Asasi Manusia itu.
Serangan rezim memaksa ribuan warga sipil melarikan diri ke daerah perbatasan dekat Yordania dan Israel.
Pada hari Kamis (28/06), Amman menyatakan kesiapannya untuk mendukung peran PBB dalam membantu pengungsi Suriah – tetapi tanpa melangkah yang terlalu jauh untuk membuka wilayah perbatasan.
Dalam beberapa hari terakhir, Daraa menjadi sasaran serangan udara dan darat yang intens oleh rezim Bashar al-Assad dan sekutu-sekutunya, yang telah maju jauh ke pedesaan Daraa bagian Timur, merebut kota Busra al-Harir dan kota Nahtah.
Setelah pembicaraan damai yang diadakan tahun lalu di ibukota Kazakhstan, Astana, Daraa ditetapkan sebagai “zona de-eskalasi” di mana tindakan agresi militer secara tegas dilarang.
Selama 10 hari terakhir, Daraa telah mengalami pemboman udara yang intensif dan juga operasi serangan darat, dengan pasukan rezim yang didukung oleh kelompok milisi Syiah yang kini merebut wilayah kota Busra al-Harir dan Nahta.
Sementara itu, PBB Selasa (26/06) memperingatkan bahwa sebanyak 750.000 nyawa rentan dan beresiko di wilayah Daraa.[IZ]