TEL AVIV, (Panjimas.com) — Pangeran William, Duke of Cambridge, yang merupakan pewaris tahta kedua Kerajaan Inggris, dilaporkan tiba di Israel pada Senin malam (25/06).
Menurut laporan Harian Israel Maariv, Pangeran Wiliam diterima oleh Menteri Pariwisata Israel Yariv Levin di Bandara Ben Gurion, Tel Aviv.
Sementara itu selama kunjungannya di Israel, Pangeran William dijadwalkan bertemu dengan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan Presiden Israel Reuven Rivlin.
Ia juga diperkirakan akan mengunjungi Kota Tua Yerusalem dan Tembok Al-Buraq (dikenal oleh pemeluk Yahudi sebagai “Tembok Barat”) menurut Harian Maariv tanpa memberikan rincian lebih lanjut.
Pangeran William tiba di Israel dari Yordania, di mana dia bertemu dengan sejumlah pejabat Yordania.
Sikap Inggris Atas Yerusalem
Mengenai isu Yerusalem, Inggris bersikap bertolak belakang dengan sekutunya Amerika Serikat. Berbeda dengan AS, Inggris mengakui kota suci tiga agama tersebut sebagai milik Palestina.
Sikap mengenai Jerusalem ini dikemukakan Duta Besar Inggris untuk Israel David Quarrey. Ia menyebutnya saat tengah menyampaikan rencana kunjungan Pangeran William ke Israel dan Tepi Barat.
“Semua terminologi yang digunakan dalam program ini konsisten dengan sikap pemerintah Inggris selama bertahun-tahun. Ini juga konsisten dengan kebijakan pemerintah Inggris,” jelas Quarrey dalam konferensi pers di kediamannya di Ramat Gan, dilansir dari Times of Israel.
Berdasarkan jadwal kunjungan resmi, Pangeran William akan melakukan perjalanan pertama ke Yordania pada 24 Juni. Dari Yordania, perjalanan Duke of Cambridge itu dilanjutkan ke Israel dan Tepi Barat pada 25-27 Juni.
Selama di Israel, Pangeran William akan mengunjungi Yad Vashem Holocaust Memorial Museum serta bertemu dengan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan Presiden Reuven Rivlin. Kemudian, di Tepi Barat, ia akan bertemu dengan Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas.
Dalam jadwal resmi yang diterbitkan pekan lalu, menunjukkan Inggris masih menganggap Kota Tua Yerusalem sebagai wilayah Palestina yang diduduki Israel.
“Pada 27 Juni, kunjungan akan diteruskan ke wilayah pendudukan Palestina dan pada 28 Juni Pangeran William akan menerima penjelasan singkat tentang sejarah dan geografi dari Kota Tua Jerusalem dari di Bukit Zaitun,” demikian menurut jadwal resmi.
Pangeran William sendiri tidak akan membahas Deklarasi Balfour dalam kunjungan itu. Sebagiamana diketahui, deklarasi ini, tepat diproklamirkan seabad lalu pemerintah Inggris yang menyatakan dukungan terhadap pembentukan negara Israel di wilayah Palestina.
Quarrey menegaskan, kunjungan pria yang berada di urutan kedua garis tahta Kerajaan Inggris itu tidak berkaitan dengan politik sebagaimana perjalanannya ke negara lain. Justru, Pangeran William sangat menantikan kunjungannya ke Israel.
“Duke bukan sosok politik. Dia akan berada di sini untuk melihat wilayah ini dan bertemu dengan beberapa orang di sini. Juga untuk melihat apa yang terjadi di sini, beberapa keberhasilan luar biasa dalam teknologi, beberapa budaya hebat di sini,” papar Quarrey.
“Ini adalah kunjungan resmi pertama yang dilakukan anggota senior keluarga kerajaan. Saya pikir kunjungan ini akan sukses besar. Saya berharap kunjungan ini akan menjadi perayaan kemitraan antara Inggris dan Israel,” tandas Quarrey.
Pangeran William sebetulnya juga dijadwalkan menyampaikan pidato di resepsi yang diselenggarakan Konsul Amerika di Yerusalem. Namun, protokol mencegahnya membuat pernyataan yang mungkin dianggap partisan.
Sikap Inggris yang mengakui Jerusalem sebagai daerah Palestina menuai kemarahan barisan politisi sayap kanan Israel.
Pengakuan Palestina dan Partai Buruh
Pemimpin Partai Buruh di Inggris, Jeremy Corbyn, mengatakan pihaknya dengan cepat akan segera “mengakui Palestina sebagai sebuah negara berdaulat”, jika pihak oposisi itu berhasil memenangkan pemilu.
Corbyn mengatakan, pihaknya akan mengambil langkah-langkah menuju “solusi dua negara yang asli”, sebagai penyelesaian konflik Israel dan Palestina.
pernyataan itu disampaikan oleh Corbyn saat berbicara di tengah kunjungannya ke Yordania, yang merupakan perjalanan internasional pertamanya di luar Eropa sejak terpilih sebagai pemimpin Partai Buruh pada 2015, dilansir dari The Independent, Ahad (24/06)
Corbyn juga melakukan kunjungan ke sebuah kamp penampungan orang Palestina, yang telah berdiri selama puluh tahun sejak Perang Arab-Israel.
“Saya pikir harus ada pengakuan hak-hak rakyat Palestina terhadap negara mereka sendiri, yang kami sebagai Partai Buruh katakan, akan mengakui sebagai negara berdaulat penuh pada Perserikatan Bangsa-Bangsa,” pungkas Corbyn.
Corbyn diketahui pernah berkali-kali menyerukan kepada pemerintah Inggris untuk secara sepihak, mengakui negara Palestina di Tepi Barat, Gaza dan Yerusalem Timur, yang diduduki Israel sejak 1967.
Pada bulan April, ia memprotes keras “diam membisunya” Barat atas pembunuhan para pengunjuk rasa Palestina di perbatasan Gaza.
Corbyn juga mendesak Inggris untuk mempertimbangkan penghentian penjualan senjata ke Israel, karena dituding “digunakan untuk melanggar hukum internasional”.
“Harus ada proses perdamaian, dan harus ada hak rakyat Palestina untuk hidup dalam damai, serta hak Israel,” tandasnya.[IZ]