VISEGRAD, (Panjimas.com) — Ratusan warga Bosnia Sabtu (23/06) lalu memperingati gugurnya 3.000 korban dalam sebuah upacara di jembatan Utsmani ‘Ottoman’ di atas Sungai Drina di kota Visegrad.
Para kerabat korban mengadakan peringatan emosional di Jembatan Mehmed Pasha Sokolovic yang bersejarah dengan melemparkan satu mawar untuk masing-masing dari ribuan korban.
Acara yang mengambil tajuk “3,000 roses for 3,000 lives” [“3.000 mawar untuk 3.000 nyawa”] ini diselenggarakan oleh “Association of the Families of Missing Persons Visegrad-92” [Asosiasi Keluarga Orang Hilang Visegrad-92] untuk memperingati pembunuhan brutal Serbia selama perang tahun 1992-1995.
Hedija Kasapovic, Ketua Asosiasi Keluarga Orang Hilang Visegrad-92, mengatakan bahwa pihaknya belum menemukan mayat para korban yang terbunuh atau hilang selama perang 1992-1995.
Mereka mengubur sisa-sisa dua korban hanya pada tahun ini, imbuhnya.
Suljo Fejzic, salah seorang korban yang selamat, menceritakan bagaimana pada tahun 1992 banyak warga Bosnia dibawa ke jembatan dan dibuang ke Sungai Drina setelah dibunuh.
“3000 mawar untuk 3000 jiwa” adalah peringatan untuk mengingat genosida Visegrad dimana gugurnya 3000 warga sipil bosniak, antara musim semi dan musim panas 1992.
Setiap Sabtu terakhir bulan Mei, 3000 mawar secara simbolis dilemparkan di sungai Drina, dari jembatan Visegrad (Mehmed Pasa Sokolovic) oleh kerabat dan keluarga para korban. Setelah itu, keluarga korban pergi ke pemakaman Visegrad untuk menghadiri pemakaman kolektif.
Sejak berakhirnya perang Bosnia, jenazah digali sedikit demi sedikit dari kuburan massal atau dari sungai Drina. Tahun 2013 sekitar 7 korban, termasuk dua anak berusia 6 tahun, dimakamkan di pemakaman Straziste. Visegrad, Bosnia dan Herzegovina, Mei 2013.
Antara April 1992 dan Desember 1995, diperkirakan 100.000 orang terbunuh dan 2,2 juta orang terpaksa mengungsi di Bosnia.
Bahkan sedikitnya 50.000 perempuan, kebanyakan diantaranya adalah warga Bosniak, diperkosa.
Perang Bosnia dipicu oleh pecahnya Yugoslavia, yang menyebabkan Bosnia mengumumkan kemerdekaannya pada bulan Februari 1992.
Ibukotanya, Sarajevo, mendapat serangan dari milisi Kristen Serbia-Bosnia yang didukung oleh Tentara Yugoslavia dalam apa yang menjadi operasi pengepungan terpanjang dalam sejarah perang modern.
Pembantaian Srebrenica
Dalam waktu singkat, yakni selama hari, mulai dari 11 hingga 13 Juli 1995, tercatat 8.373 warga Muslim Bosnia dibantai oleh tentara Serbia pimpinan Jendral Ratko Mladaik. Sebanyak 800 orang perempunnya saat itu diperkosa.
Di lokasi pembantaian, dekat sungai Drina, korban berbaris tiap empat orang sebelum ditembak mati. Mayat-mayat korban kemudian dimakamkan secara massal, dengan proses kasar. Maka ketika kuburan masal itu digali oleh para pelaku tak lama setelah perang usai munculnya pemandangan yang mengerikan. Sisa-sisa pakaian dan tubuh yang telah rusak ditemukan terpisah-pisah. Jasad merela lalu dipindahkan dalam sebuah area pemakaman masal.
Daerah kantong Srebrenica jatuh ke pasukan Serbia Bosnia pada tanggal 11 Juli 1995. Tanpa terhalang oleh kehadiran penjaga perdamaian PBB Belanda, orang-orang Serbia memulai pembantaian lebih dari 8.000 pria dan anak-anak Muslim Bosnia, ini merupakan pembantaian terburuk di Eropa sejak Holocaust.
Dewan Keamanan PBB telah menyatakan Srebrenica sebuah “daerah aman” pada musim semi tahun 1993. Namun, pasukan Serbia yang dipimpin oleh Jenderal Ratko Mladic – yang sekarang menghadapi tuduhan genosida di Den Haag – menyerbu zona PBB meskipun terdapat sekitar 450 tentara Belanda yang ditugaskan sebagai pasukan penjaga perdamaian PBB.untuk melindungi warga sipil yang tidak berdosa.
Pasukan Belanda gagal bertindak saat pasukan Serbia menduduki daerah tersebut, hingga menewaskan sekitar 2.000 pria muslim termasuk anak pada tanggal 11 Juli saja 1995 saja. Sekitar 15.000 penduduk Srebrenica melarikan diri ke pegunungan di sekitarnya namun tentara Serbia memburu dan membantai 6.000 di antaranya di hutan.
Pembantaian di kota Bosnia timur itu dikenal luas sebagai pembunuhan massal terburuk sejak era Perang Dunia II, “Srebrenica massacre” terjadi ketika satu Batalion pasukan penjaga perdamaian PBB asal Belanda, gagal melindungi warga sipil dari para pembantai pasukan Serbia-Bosnia.
Sekitar 8.000 pria dan anak laki-laki Muslim Bosnia terbunuh setelah tentara Serbia-Bosnia menyerang “daerah aman” Srebrenica pada bulan Juli 1995, terlepas dari kehadiran tentara Belanda yang bertugas sebagai penjaga perdamaian internasional.
Pada bulan Juli 2014, sebuah pengadilan di Belanda memerintahkan Belanda untuk memberi kompensasi kepada lebih dari 300 keluarga korban Srebrenica, dengan menegaskan bahwa pasukan penjaga perdamaian Belanda seharusnya tahu bahwa mereka akan dibunuh.[IZ]