DHAKA, (Panjimas.com) — Perdana Menteri Sheikh Hasina menegaskan kembali seruannya pada komunitas internasional untuk memberi tekanan lebih besar pada pemerintah Myanmar agar memulangkan kembali ratusan ribu pengungsi Rohingya yang melarikan diri ke Bangladesh setelah menghadapi penganiayaan brutal di negara asal mereka.
PM Hasina menyerukan hal itu selama pertemuannya dengan Presiden dan CEO Komite Penyelamatan Internasional (IRC) David Miliband di kantornya di parlemen di Dhaka, Selasa (05/06), dilansir dari Anadolu.
“Masyarakat dunia harus terus menekan Myanmar untuk mengambil kembali warga Rohingya yang terlantar dari Bangladesh,” pungkasnya, menurut laporan kantor berita, Bangladesh Sangbad Sangstha (BSS).
David Miliband, seorang politikus Partai Buruh Inggris, mengatakan dia dan timnya berada di Bangladesh untuk melihat kondisi Rohingya di lapangan, jelas laporan BSS.
Miliband menghargai tindakan Bangladesh untuk membuka wilayah perbatasannya bagi pengungsi Rohingya.
Dia mengatakan IRC (International Rescue Committee) akan merekrut 100 staf dari Bangladesh untuk mendukung upaya terhadap Rohingya.
Hasina dan Miliband keduanya mengatakan pihaknya khawatir dengan masalah terbesar yang akan dihadapi Rohingya seperti longsoran lumpur selama musim hujan mendatang.
Perdana Menteri Hasina mengatakan pemerintahanya sedang mempersiapkan tempat yang aman bagi para pengungsi Rohingya di Bhasanchar di Noakhali.
Dia juga mengatakan penduduk setempat mulai menderita dan lingkungan mulai terpengaruh karena masuknya ratusan ribu pengungsi Rohingya ke Bangladesh.
Sejak 25 Agustus 2017, lebih dari 750.000 pengungsi Rohingya, sebagian besar anak-anak dan perempuan, telah melarikan diri dari Myanmar dan menyeberang ke Bangladesh setelah pasukan Myanmar melancarkan tindakan keras terhadap komunitas minoritas Muslim, menurut Amnesty International.
Etnis Rohingya, digambarkan oleh PBB sebagai etnis yang paling teraniaya dan tertindas di dunia, Mereka telah menghadapi ketakutan tinggi akibat serangan pasukan Myanmar dan para ektrimis Buddha.
Sedikitnya 9.000 Rohingya dibantai di negara bagian Rakhine mulai 25 Agustus hingga 24 September, demikian menurut laporan Doctors Without Borders [MSF].
Dalam laporan yang diterbitkan pada 12 Desember lalu, organisasi kemanusiaan global itu mengatakan bahwa kematian 71,7 persen atau 6.700 Muslim Rohingya disebabkan oleh kekerasan. Diantara para korban jiwa itu, termasuk 730 anak di bawah usia 5 tahun.
Dilaporkan bahwa lebih dari 647.000 penduduk Rohingya terpaksa menyeberang dari Myanmar ke Bangladesh sejak 25 Agustus 2017 ketika Tentara Myanmar melancarkan tindakan brutal dan kejam terhadap Minoritas Muslim itu, sementara itu menurut angka PBB, jumlahnya adalah 656.000 jiwa.
Para pengungsi Rohingya tersebut melarikan diri dari operasi militer brutal Myanmar yang telah melihat pasukan militer dan massa ektrimis Budhdha membunuhi pria, wanita dan anak-anak, bahkan menjarah rumah-rumah dan membakar desa-desa Muslim Rohingya.[IZ]