TRENTON, ONTARIO, (Panjimas.com) – Pihak berwenang Kanada baru-baru ini menahan dua pelaku yang diduga membakar sebuah mobil milik Pemimpin Masjid di Kota Quebec, Masjid di mana enam jamaah muslim yang sedang sholat ditembak mati pada Januari lalu, menurut laporan media Kanada, Jumat (15/09).
Mathieu Bilodeau muncul di ruang persidangan di Kanada pada hari Jumat, Ia menghadapi lima tuduhan pembakaran.
Bilodeau ditangkap pada hari Kamis (14/09), dan wawancara dengan polisi menyebabkan kekhawatiran pelaku lainnya yang belum teridentifikasi.
Insiden pembakaran tersebut terjadi pada 6 Agustus lalu, di luar rumah Mohamed Labidi, Ketua Pusat Kebudayaan Islam Quebec, Quebec Islamic Cultural Centre.
Pembakaran mobil ini terjadi selang 36 jam setelah Mohamed Labidi dan Walikota Quebec, Regis Labeaume mengadakan perayaan publik untuk menandai dibangunnya pemakaman Muslim dan dioperasikan untuk pertama kalinya di wilayah Kota Quebec.
Pihak berwenang Quebec mengatakan bahwa pihaknya menganggap pembakaran tersebut merupakan kejahatan yang berkaitan dengan kebencian karena polisi yakin bahwa tersangka mengetahui bahwa Labidi adalah seorang Muslim dan mereka berdua tinggal di dekat rumahnya.
Bilodeau didakwa sehubungan dengan empat pembakaran lainnya yang terjadi antara 16 Juli dan 17 Agustus. Tersangka kedua tidak dikenai tuduhan atas kejahatan tersebut.
Pembakaran mobil Mohamed Labidi tidak dilaporkan sampai 30 Agustus. Juru bicara Kepolisian Kota Quebec Cyndi Pare mengatakan kepada Anadolu Ajensi pada saat kejadian tersebut tidak dilaporkan sebelumnya “untuk melindungi informasi pribadi tentang M. Labidi dan keluarganya … dan kami menghormati itu,”
Ia menambahkan bahwa dengan membuat kejahatan dipublikasikan pada saat itu tidak akan membantu penyelidikan tersebut.
Kebencian Terhadap Muslim Kanada Meningkat Pesat
Tindak kejahatan anti-Islam telah meningkat 60 persen, demikian menurut angka terbaru yang dirilis oleh Statistics Canada, Selasa (13/06). Terdapat 159 insiden pada tahun 2015, dan terjadi sebuah lompatan signifikan dari tahun sebelumnya yang berjumlah 99 tindak kriminal, kata agensi statistik tersebut di situs organisasinya.
Angka kejahatan kebencian terhadap Muslim tersebut terus meningkat pesat dan meningkat sebanyak 253 persen sejak 2012, meskipun kasus kejahatan yang memiliki barang bukti rekaman polisi turun 3,8 persen pada tahun 2015 menjadi 1.362 dari 1.424 di tahun 2012.
Khalid Elgazzar, Wakil Ketua Dewan Nasional Muslim Kanada yang juga berprofesi sebagai pengacara yang berbasis di Ottawa, menyebutkan bahwa 2015 sebagai “tahun yang sulit.”
Dua serangan terjadi di Prancis, sehingga menyulut gerakan dan tindakan anti-Muslim di Kanada, sementara mantan Perdana Menteri Stephen Harper pada tahun 2015 membuat sebuah isu pemilihan tentang hak seorang perempuan Muslim untuk mengenakan jilbab pada upacara kewarganegaraan.
“Komunitas Muslim Kanada menanggung beban retorika politik yang mengerikan seputar pemilihan federal yang menggambarkan Muslim sebagai teroris atau simpatisan teroris dan juga anti-perempuan,” kata Elgazzar pada sebuah konferensi pers di Ottawa.
Akan tetapi jumlah kejahatan kebencian mungkin saja lebih tinggi. “Jumlah kejahatan kebencian dalam rilis ini kemungkinan belum mampu mendokumentasikan tingkat kejahatan kebencian yang sebenarnya di Kanada, karena tidak semua kejahatan kebencian itu dilaporkan ke polisi,” jelas pihak Statistics Canada.
Eglazzar mengatakan bahwa insiden tersebut dilaporkan terjadi karena sebagian Muslim tidak yakin bahwa polisi akan menindaklajuti kasus tersebut, di satu sisi mereka juga takut menjadi korban selanjutnya. Tapi umat Islam bukan satu-satunya target, atau bahkan target terbesar sekalipun.
Statistik Tokoh Kanada menunjukkan jumlah kejahatan kebencian terbesar terhadap orang kulit hitam, dengan 224 insiden pada tahun 2015. Orang-orang Yahudi berikutnya dengan 178 insiden yang dilaporkan dan kejahatan berdasar orientasi seksual 141 insiden.
Yang lainnya ditargetkan termasuk pemeluk berbagai agama. Tapi kejahatan kebencian terhadap Muslim adalah satu-satunya yang menunjukkan peningkatan pesat pada tahun 2015. Dan jumlah insiden kekerasan yang termasuk dalam kejahatan kebencian – penyerangan, ancaman dan pelecehan kriminal – juga meningkat, pada 38 persen, meningkat 15 persen dibandingkan tahun sebelumnya.[IZ]