PARIS (Panjimas.com) – Selama tiga pekan terakhir, sebuah penjara di pinggiran Paris telah melakukan percobaan kontroversial di antara 2.500 narapidananya. Manajemen penjara bernama Fresnes telah mengisolasi 20 tahannya yang dianggap Islam Radikal. Ke 20 tahanan itu dilarang bersosialisasi dengan tahanan lain. Menurut laporan AFP hal itu dilakukan pengelola penjara untuk mencegah penyebaran Islam radikal dan perekrutan.
Upaya isolasi napi Muslim ini sudah dimulai sejak 15 Oktober, tapi baru diumumkan pada Kamis lalu menyusul sejumlah insiden di dalam penjara. Setelah diisolasi 12 napi itu menolak kembali ke sel mereka saat olahraga hari Jum’at, sementara satu napi menyerang sipir. Bentrokan kembali terjadi pada hari Ahad 16/11.
Seperti diberitakan VICE News, pihak pengelola penjara menolak berkomentar atas insiden yang terjadi.
Narapidana radikal menjadi topik panas di Perancis sejak insiden penembakan di museum Yahudi Belgia pada bulan Mei lalu. Ketika itu seorang pria bersenjata menembaki kerumunan orang di museum itu dan menewaskan empat orang. Tersangka penembakan adalah Mehdi Nemmouche. Mehdi dituduh menjadi Islam radikal selama bekerja di penjara.
Sementara seperti diberitakan surat kabar Prancis Le Figaro, beberapa sipir penjara telah menyuarakan keberatan atas kebijakan baru mengisolasi tahanan Muslim tersebut. Menurut para sipir, saat diisolasi para napi Muslim malah bisa mengembangkan ilmu dan bekomunikasi lebih sering diantara napi Muslim yang diisolasi.
Tidak dijelaskan apakah program isolasi tahanan Muslim di penjara Prancis ini akan terus dilanjutkan atau tidak. (Ahmad)