TRIPOLI (Panjimas.com) – Mujahidin Libya diberitakan berhasil menguasai markas pusat tentara spesial yang berada di Benghazi, setelah berlangsung pertempuran sengit satu hari yang menewaskan sedikitnya 35 tentara.
Mujahidin Anshar al-Sharia Libya mengumumkan keberhasilan mereka menguasai pangkalan militer utama di kota timur dalam sebuah pernyataan yang dirilis hari Rabu 30 Juli 2014. Seperti dilaporkan AFP, seorang pejabat militer Libya membenarkan informasi ini.
Nama Anshar al-Sharia telah dimasukkan kedalam daftar hitam organisasi teroris oleh Washington.
Setelah berhasil menguasai pangkalan militer tersebut, Anshar al-Sharia memposting foto rampasan perang mereka berupa senjata dan peti amunisi dalam jumlah yang besar di jejaring Facebook.
Sementara itu, organisasi kemanusiaan Bulan Sabit Merah Libya melaporkan telah menemukan 35 mayat tentara Libya dari pangkalan tersebut.
“Sampai saat ini kami telah berhasil menemukan 35 mayat. Tapi masih banyak lagi (yang belum ditemukan),” kata juru bicara Bulan Sabit Merah Mohammed al-Misrati kepada AFP.
“Pasukan khusus dibawah komando Kolonel Wanis Abu Khamada ditarik mundur setelah mendapat serangan,” kata pejabat militer yang mengakui kekalahan ini merupakan kerugian terbesar yang dialami militer Libya dalam usaha mereka melawan mujahidin kuat di negara itu.
Semakin menguatnya Anshar al-Sharia di Libya membuat sejumlah negara khawatir. Beberapa negara seperti Portugal, Belanda, Kanada, Brazil dan Bulgaria telah memulangkan warganya di Libya dan menutup kedutaan mereka di Tripoli awal pekan ini.
Sementara itu, Prancis pada hari Rabu juga mengatakan telah menutup sementara kedutaan mereka dan memulangkan 40 warganya, termasuk duta besar.
Libya telah meminta bantuan internasional, tetapi negara seperti Italia dan Yunani yang pernah menjajah Libya, namun belum ada bantuan nyata.
Sejumlah senjata moderen berhasil dirampas Anshar al-Sharia dari markas pasukan khusus itu, seperti senjata anti pesawat dan roket dengan sensor pelacak panas.