BANNU, PAKISTAN (Panjimas.com) – Kota Miranshah di Pakistan, merupakan salah satu benteng gerakan Taliban Pakistan di Waziristan Utara. Di tempat ini anda akan menemukan hal yang tidak diduga, yaitu sebuah komunitas Kristen yang hidup damai berdampingan bersama Taliban.
Seperti di beritakan Al Jazeera, selama beberapa dekade, sekitar 500 anggota komunitas Kristen ini mengatakan mereka hidup damai dengan tetangga Muslim, yang dianggap Barat sebagai garis keras itu.
“Kami telah tinggal disana sejak pemisahan benua (tahun 1947),” kata Khalid Iqbal, seorang pengurus komunitas Kristen di Miranshah. “Kami tinggal dengan damai disana, Taliban tidak pernah melakukan apa-apa kepada kami. Bahkan ketika ada masalah, mereka adalah orang-orang yang membantu memediasi hal itu,” imbuhnya.
Mengungsi Karena Diserang Pesawat Militer Pakistan
Tapi sejak 20 Juni, sekitar 100 orang Kristen dan Hindu mengungsi di Pennell High Scholl, sebuah sekolah misionaris yang didirikan pada tahun 1865 di distrik Bannu. Mereka mengungsi karena militer Pakistan sedang melakukan serangan terhadap Tehreek-e-Taliban Pakistan (TTP) alias gerakan Taliban Pakistan.
Komunitas Kristen dan Hindu ini tidak takut terhadap Taliban, akan tetapi takut terkena dampak serangan militer Pakistan terhadap gerakan Taliban. Mereka meninggalkan sebagian besar barang-barang mereka di rumah mereka, karena pesawat tempur membombardir daerah di sekitar rumah, sekolah dan gereja mereka.
Pakistan adalah negara dengan penduduk mayoritas Muslim, sementara Kristen hanya berjumlah 1,6 persen dari total populasi.
TTP yang berbasis di Waziristan Utara, menurut laporan Al Jazeera telah mengaku bertanggung jawab, atas beberapa serangan terhadap gereja di ibukota propinsi Peshawar pada bulan September tahun lalu, yang menewaskan 81 orang. Tapi tampaknya serangan TTP terhadap komunitas Kristen tidak dilakukan di wilayah mereka sendiri (Waziristan Utara).
“Taliban tidak mengganggu kami di Waziristan Utara,” kata Mishal Emmanuel 16, salah seorang dari sekitar 100 orang Kristen yang melarikan diri dari operasi militer yang sedang berlangsung terhadap TTP di Waziristan Utara. “Keluarga kami telah tinggal disana selama lebih dari 60 tahun. Ini adalah rumah kami. Taliban memperlakukan kami sebagai penduduk setempat,” tambahnya.
…Taliban tidak mengganggu kami di Waziristan Utara. Keluarga kami telah tinggal disana selama lebih dari 60 tahun. Ini adalah rumah kami. Taliban memperlakukan kami sebagai penduduk setempat…
Nek Daraz Khan, 33, seorang aktivis hak asasi manusia dari Waziristan Utara mengatakan bahwa ia sendiri terkejut dengan perilaku Taliban terhadap komunitas Kristen sejak kelompok bersenjata dibentuk tahun 2007.
“Saya sudah memberitahukan kepada teman-teman saya untuk meninggalkan daerah itu beberapa kali,” katanya kepada Al Jazeera. “Tapi mereka mengatakan, mereka berasal dari sini, dan Taliban tidak mengganggu mereka,” ujarnya.
Daerah Waziristan Utara adalah rumah bagi sebuah komunitas kecil Hindu juga. Komunitas kecil ini juga mengatakan bahwa Taliban tidak pernah mengancam mereka.
Tidak hanya Muslim, Kristen dan Hindu. Hampir setengah juta penduduk telah melarikan diri dari konflik di Waziristan Utara sejak pemerintah memperingatkan bahwa operasi militer terhadap Taliban akan segera dimulai.
“Ketika kami meninggalkan rumah kami di Miranshah, kami mendengar ledakan setiap 20 menit. Itu menakut-nakuti kami semua. Kami tidak punya makanan, atau persediaan, ” kata Emmanuel yang mengungsi bersama keluarganya. [Ahmad Faishal]
Foto: Al Jazeera