SURAKARTA (Panjimas.com) – Bulan Februari 2024 ini terasa panas di siang hari, meskipun hujan masih sering turun. Kenapa udara panas ini begitu terasa? Apakah ini ada hubungannya dengan gerak semu matahari yang mendekati zenit Jawa?
Zenit adalah titik di angkasa yang berada persis di atas pengamat. Posisi zenit di angkasa tergantung pada arah gaya gravitasi bumi di tempat pengamat berada.
Ustadz AR Sugeng Riadi, dari Observatorium Pondok Pesantren (PP) Assalam menjelaskan bahwa ada beberapa faktor yang menyebabkan hawa panas yang terjadi di akhir bulan Februari ini.
Terkait dengan gerak semu matahari, di akhir bulan Februari ini matahari akan berada tepat di atas pulau Jawa. Sehingga akan terasa lebih panas dibanding bulan-bulan selainnya.
“Matahari itu bergeser seolah-olah kekanan kekiri, kekanan kekiri. Fenomena mahatari itu akan berada tepat di atas kota Solo pada tanggal 1 Maret jam 11 lebih 49 menit,” kata ustadz AR Sugeng menjelaskan bahwa matahari akan berada tepat diatas Kota Solo pada 1 Maret nanti.
“Sehingga memang, ketika matahari itu sedang berada tepat diatas tempat kita tinggal, paparan sinar mataharinya pasti berbeda dengan ketika matahari jauh. Desember dan Juni itu kan jauh (posisi mataharinya) sehingga seolah-olah matahari yang menyinari daerah kita berbeda ketika bulan Oktober dan Maret,” tambah ustadz AR Sugeng menjelaskan kenapa udara terasa lebih panas di bulan Maret dan Oktober ketika matahari tepat berada diatas tempat kita tinggal.
Namun ustadz AR juga menambahkan bahwa bukan hanya faktor matahari yang tepat berada diatas kita saja yang menyebabkan udara terasa lebih panas.
“Sebab lain adalah karena pembangunan, polusi udara dan penghijauan yang mulai menipis itu yang menyebabkan udara terasa panas. Karena di jaman dahulu, matahari juga melintasi tempat yang sama diatas kita. Tapi kenapa di jaman dahulu tidak ada perasaan kita merasa lebih panas? ya karena di jaman itu pohon-pohon masih banyak,” tambahnya.
“Sehingga hawa panas ini tidak sekedar karena posisi matahari sedang berada diatas Kota Solo, tetapi juga karena kondisi Solo yang sudah semua hampir menjadi batu dan aspal, pohon-pohon mulai menjadi gedung, polusi udara baik asap transportasi maupun pabrik itu juga berpengaruh,” tandas ustadz AR menanggapi fenomena hawa yang terasa panas akhir-akhir ini.
Penjelasan selengkapnya, anda bisa menonton video di bawah ini: