SUKOHARJO (Panjimas.com) – Masjid Raya ISKA di desa Mayang, Gatak, Sukoharjo menggelar kajian Subuh yang diisi oleh ustadz Abu Bakar Ba’asyir pada Jum’at 21/7. Kajian rutin “Syuruq Berkah” itu dihadiri puluhan jamaah.
Meskipun biasanya berceramah dengan duduk di kursi karena usianya yang sudah renta, namun Jum’at pagi itu ustadz Ba’asyir berceramah dengan berdiri dari balik mimbar khotbah.
Ia membawakan materinya tentang kewajiban umat Islam menuntut ilmu. Ilmu yang dituntutnya adalah ilmu yang bermanfaat di dunia dan akhirat yaitu Al Qur’an dan As Sunnah. Menurutnya, menuntut ilmu yang bermanfaat adalah fardhu ‘ain. Ia menukil salah satu hadits tentang menuntut ilmu.
Dari Usman bin Affan ra, Rasulullah saw. bersabda, “Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari al-Qur’an dan mengajarkannya.” (HR. Tirmidzi).
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu , ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berlibur,
“ Siapapun yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga .” (HR.Muslim, no.2699).
Ustadz Ba’asyir melanjutkan, bahwa menuntut ilmu harus menjadi suatu tujuan utama hidup di dunia. Karenanya, manusia akan hidup lebih baik jika dengan bimbingan Al Qur’an dan As Sunnah dan mampu mengukur suatu ajaran baik dan benar dari dua hal tersebut.
Keutamaan menuntut ilmu telah ia sampaikan secara singkat, menit-menit selanjutnya hingga kajian usai ia isi dengan materi tauhid yang menjadi dasar atau pokok dalam agama Islam. Menurutnya, para nabi dalam dakwahnya adalah ingin menjadikan manusia bertauhid.
Tentang tauhid, ia menjabarkan secara singkat tentang tauhid Uluhiyah, Rububiyah dan Asma’ wa Sifat.
Tauhid Uluhiyah adalah tidak ada tuhan selain Allah, tidak ada tuhan yang wajib disembah kecuali Allah. Atau sering kita dengar dengan lafadz syahadat ‘Laa ilaaha ilallah’.
Tauhid Rububiyah adalah yang berhak mengatur kehidupan di dunia ini hanya Allah, maka Allah setelah menciptakan manusia kemudian menciptakan Injil, Zabur, Taurat dan Al Qur’an. Hukum Allah adalah kebenaran mutlak.
“Boleh hukum buatan (manusia) asalkan tidak bertentangan dengan hukum Allah,” tutur ustadz Ba’asyir.
Menurutnya, hukum Allah perlu dipelajari dan diamalkan mulai dari keluarga terlebih dahulu.
Menasihati Penguasa
Ustadz Ba’asyir mengatakan berdakwah kepada penguasa bisa dilakukan dengan mengirim surat yang berisi nasihat-nasihat.
Ia menyarankan jika berkirim surat harus dengan bahasa yang halus. Menurutnya, surat tersebut diterima atau tidak, hanya Allah yang menentukan. Ustadz Ba’asyir sendiri pernah mengirimkan surat kepada penguasa yang berisi nasihat.
“Tujuan saya menasehati pengusasa, memberi peringatan kepada umat Islam supaya di hadapan Allah nanti, jika belum ada hasilnya, sudah ada alasan bahwa saya sudah berusaha,” tuturnya.
“Tujuan kita berjuang ini, bukan supaya negara ini menjadi negara Islam, tetapi kita punya alasan di hadapan Allah sudah berusaha,” imbuhnya.
Setelah pembahasan singkat tentang Tauhid Uluhiyah dan Rububiyah, selanjutnya adalah tentang Asma’ wa Sifat yaitu nama-nama Allah dari sifatnya. Nama-nama Allah ini tidak boleh digunakan untuk anak kita, kecuali didahului dengan nama Abdul atau hamba. Contoh : Abdurrohman.
“Hidup kita ini harus bertauhid, penilaian Allah dilihat dari tauhid, hidup tauhid yag sempurna,” terangnya.
Sebelum menutup pengajian, ustadz Ba’asyir menggambarkan diterapkannya syariat Islam dalam kehidupan manusia di dunia dengan sebuah analogi. “Siapa yang mampu merawat dan membuat peraturan kendaraan? tentu pabrik kendaraan itu sendiri, bukan pabrik roti dan lainnya. Siapa yang wajib membuat peraturan tentang manusia, ya hanya penciptanya yaitu Allah Subhanahu Wa Ta’ala”, tutupnya.