Jeddah, Panjimas – Jemaah Haji yang Dirawat di KKHI Maupun Rumah Sakit Arab Saudi (RSAS) di Makkah paling Banyak Menderita Radang Paru (Pneumonia). Oleh karena itu jemaah haji diimbau memperketat protokol kesehatan untuk mencegah penularan jemaah haji.
Memakai masker, mencuci tangan dengan sabun, menggunakan hand sanitizer, tidak melakukan kontak fisik seperti berjabat tangan dan berpelukan.
Demikian Kepala Bidang Kesehatan PPIH Arab Saudi 2023 dr. M. Imran dalam siaran persnya Jumat (14/7/2023).
Jemaah haji yang dirawat baik di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Makkah maupun Rumah Sakit Arab Saudi (RSAS) di Makkah paling banyak menderita pneumonia atau radang paru.
Data per 12 Juli 2023 menunjukkan jemaah haji sakit yang masih dirawat di KKHI Makkah sebanyak 170 orang dan di RSAS sebanyak 167 orang, mayoritas di antaranya menderita pneumonia.
Kenaikan kasus pneumonia ini terjadi pasca puncak ibadah haji atau fase Armuzna. Pneumonia adalah penyakit radang paru yang bisa menyerang siapa saja, terutama yang memiliki daya tahan tubuh rendah. Oleh karenanya jemaah haji Lansia yang memiliki daya tahan tubuh rendah serta jemaah yang memiliki komorbid, rentan untuk terkena pneumonia.
“Selanjutnya kondisi ini dipicu oleh kelelahan terutama fase puncak ibadah haji di Armuzna. Oleh karenanya kasus pneumonia pasca Armuzna meningkat drastis,” katanya.
Kasus pneumonia atau radang paru diawali dengan gejala batuk dan pilek. Gejala khas pada kasus pneumonia adalah demam dan sesak napas. Sedikit berbeda dengan Lansia, gejala pneumonia yang timbul tidak khas sesak napas dan demam, namun gejala yang timbul batuk, pilek, dan penurunan napsu makan.
“Pada Lansia gejala khas ini sering tidak muncul. Beberapa pasien Lansia yang kami terima dengan penyakit pneumonia memiliki keluhan batuk pilek yang disertai hilangnya napsu makan,” tutur dr. Imran.
Tidak spesifiknya gejala yang timbul di jemaah haji Lansia, perlu dijadikan kewaspadaan bagi tenaga kesehatan dan lingkungan sekitarnya. Jika tidak segera ditangani, jemaah haji sakit pneumonia dapat berkembang infeksinya ke arah sepsis yang jika tidak segera ditangani dapat menimbulkan kematian.
Penularan berasal dari droplet yakni percikan cairan saat batuk atau bersin. Oleh karena itu dr. Imran mendorong jemaah haji untuk menerapkan protokol kesehatan seperti memakai masker, mencuci tangan dengan sabun, menggunakan hand sanitizer, tidak melakukan kontak fisik seperti berjabat tangan dan berpelukan.
Bagi yang menderita batuk dan pilek agar selalu memakai masker dan menerapkan etika batuk. Etika batuk yang dimaksud yakni menutup mulut dengan lengan bagian atas bukan dengan telapak tangan.
Terkait penanganan, dr. Imran menyampaikan bahwa bidang kesehatan telah memasok obat-obatan di kloter seperti antibiotik, di pos kesehatan (Poskes) sektor penuhi antibiotik injeksi dan oksigen untuk antisipasi penurunan saturasi oksigen dalam darah. Di KKHI juga sudah disiapkan obat-obatan, antibiotik yang lebih advance serta mekanisme rujukan ke RSAS bila terjadi perburukan.
Selain kuratif, tim promosi kesehatan juga aktif memberikan mengedukasi mengenai protokol kesehatan dan mengimbau jemaah haji untuk tidak beraktifitas fisik yang berlebihan khususnya bagi jemaah Lansia. Upaya promotif preventif juga kami dorong untuk aktif diberikan oleh tenaga kesehatan haji kloter masing-masing.
Melalui upaya ini, harapannya angka kesakitan dan angka kematian karena pneumonia atau sepsis dapat ditekan. Selain itu jemaah haji dapat melajutkan ibadah atau pulang ke tanah air dengan sehat.
“Bidang kesehatan telah melakukan beberapa antisipasi dan upaya baik kuratif maupun promotif dan preventif. Harapannya angka kesakitan dan angka kematian karena pneumonia atau sepsis yang disebabkan karena poneumonia dapat ditekan,” ujar dr. Imran