Jeddah, Panjimas – Jemaah haji Indonesia berangsur-angsur meninggalkan Arab Saudi untuk kembali ke Tanah Air. Namun, kepulangan jemaah tak semuanya membawa berita suka cita. Sebab, beberapa kelompok terbang (kloter) harus pulang dengan jemaah yang sudah berkurang jumlahnya. Seperti kloter 18 Embarkasi Surabaya (SUB 18).
Saat tiba pada 1 Juni 2023, jemaah SUB 18 berjumlah 449 orang. Namun ketika pulang pada 11 Juli, jemaah sudah berkurang 8 orang, sehingga yang pulang hanya 441 orang. Delapan tersebut wafat di Tanah Suci.
Ketua Kloter SUB 18 Imam Syafi’i mengungkapkan, di kloternya paling banyak jemaah meninggal dunia. Bahkan dalam 12 jam ada 2 jemaah yang meninggal.
“Yang terakhir meninggal pukul 11.00 tadi (Selasa, 11 Juli 2023), meninggal mendadak setelah tawaf wada. Pulang tawaf jam 10, meninggal jam 11, sebelumnya sehat,” kata Imam saat ditemui di paviliun transit Bandara Jeddaah, Selasa malam.
Jemaah tersebut, ungkapnya, meninggal beberapa jam sebelum rombongan meninggalkan Kota Makkah untuk menuju Jeddah, pulang ke Tanah Air.
Dari 8 jemaah yang wafat tersebut, 3 orang meninggal sebelum puncak haji di Arafah, Muzdalifah dan Mina (Armina). Sedangkan 5 lainnya wafat setelah Armina.
“Gak ada yang meninggal di Arafah. Tapi, yang meninggal justru yang tidak diperhatikan khusus (karena sehat), malah yang mendapat pendampingan, perhatian khusus (karena lansia dan risiko tinggi) alhamdulillah sehat-sehat,” ujarnya.
Banyaknya jemaah yang meninggal di SUB 18, sampai-sampai membuat rombongan tiap malam gelar tahlilan. Yang membuat haru, sebelum selesai tahlilan untuk satu jemaah, sudah ada lagi jemaah yang meninggal dunia.
“Satu jemaah meninggal jam 11 malam, sempat ikut salat isya berjamaah terus mandi, dan minta dikerokin karena merasa kecapean. Tapi belum dikerokin, jam 11 (malam) meninggal,” ujar ketua Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH), Hafiz Abdul Wahid ikut menimpali.
Keesokannya, saat jemaah akan meninggalkan Makkah untuk pulang ke Tanah Air, menyusul satu jemaah meninggl pukul 11.00 siang waktu Arab Saudi.
Jemaah Hafiz yang tergabung dalam KBIH Ar Raudhah, menjadi bagian dari jemaah SUB 18. Jemaah Hafizlah yang paling banyak meninggal di kloter SUB 18. Pada tahun ini, ujar Hafiz, banyak jemaahnya, yang berasal dari Tuban, Jawa Timur, merupakan lansia.
Baik Imam maupun Hafiz mengungkapkan, beberapa di antaranya yang meninggal memang sudah menunjukkan pertanda akan wafat di Tanah Suci.
“Seorang jemaah yang meninggal, sebelum berangkat (haji) sudah berpesan kepada adiknya untuk mengurus asuransi, nerusin bangunan yang sedang dibangun, ngasih tahu semuanya dan berpesan mungkin saya akan meninggal disana, Ternyata itu pertanda akan meninggal di Makkah,” ungkap Hafiz.
Ada juga dua orang jemaah yang sudah berpesan kepada istri dan keluarganya, berharap bisa meninggal di Tanah Suci.
“Yang pertama bilang ke keluarganya ingin meninggal di Makkah, dan ternyata baru sampai 3 hari meninggal. Satu lagi sudah berpesan kepada istrinya dan meninggal di Makkah,” ungkap Imam.
Semua jemaah SUB 18 meninggal di Kota Suci Makkah, dan telah dimakamkan di Saraya.
Rombongan jemaah SUB 18 pun akhirnya meninggalkan Arab Saudi, bertolak ke Tanar Air pukul 01. 01.20 WAS, Diperkirakan akan tiba di Bandara Juanda, Jawa Timur, hari ini, Rabu (12/7/2023) pukul 16.20 WIB.
Rombongan ini membawa jemaah tanazul (dipulangkan lebih cepat) sebanyak 3 jemaah. Sehingga total rombongan yang pulang ke Tanah Air sebanyak 444 orang.