Jakarta, Panjimas – Misi dari Perguruan Tinggi Muhammadiyah-’Aisyiyah (PTMA) menurut Ketua PP Muhammadiyah, Busyro Muqoddas adalah sebagai tempat kaderisasi ilmuwan kemanusiaan universal.
Misi tersebut, imbuh Busyro, dimanifestasikan kepada kepemimpinan. Dalam pandangannya, di dunia ini khususnya di Indonesia perlu kepemimpinan yang memiliki energi keilmuan untuk menjalankan amanah yang diterimanya.
“Siapa yang akan bisa membantah bahwa kita sedang hidup di negeri yang sedang mengalami kebutuhan kepemimpinan yang hakiki, kepemimpinan yang otentik, yang fitri.” Kata Busyro pada, Selasa (4/7) dalam Wisuda Periode I 2023 Universitas Muhammadiyah Sumatra Utara (UMSU).
Busyro berharap, mahasiswa dari PTMA dapat merealisasikan misi ini sehingga krisis kepemimpinan yang hakiki berdasar pada kejujuran, kepandaian dan kerakyatan otentik dapat segera ditanggulangi.
“Muhammadiyah membaca krisis ini dan salah satu cara yang dilakukan ialah memperkuat basis kenegaraan-basis kebangsaan yaitu memerlukan SDM melalui pendidikan tinggi.” Imbuhnya.
Dibandingkan dengan memberi solusi melalui narasi yang melangit, kata Busyro, Muhammadiyah lebih kepada memberi jawaban atas krisis yang terjadi saat ini dengan aksi konkrit dan memberikan manfaat nyata.
Muhammadiyah tidak ingin tagline narasi tanpa implementasi dan aktualisasi adalah halusinasi terjadi. “Muhammadiyah tidak seperti itu, Muhammadiyah konkrit narasinya ialah ilmu yang integratif dengan iman dan itu diwujudkan dengan produk nyata.” Kata Busyro.
Hakikat ilmu dalam pandangan Muhammadiyah itu terintegrasi dengan iman, yang kemudian mempunyai peran transformatif. Dalam hal ini perubahan yang dikehendaki Muhammadiyah yaitu secara evolutif namun sistemik.
Perpaduan antara iman dan ilmu merupakan bekal kepemimpinan bagi kemanusiaan universal saat ini dan mendatang. Di mana kepemimpinan bukan lagi yang berpusat pada pandangan ilmu yang positivistik, yang acapkali melahirkan dehumanisasi.
Maka tujuan dari pendidikan Muhammadiyah adalah untuk mengantarkan peserta didik memiliki kesadaran amal salih. Tujuan tersebut dicapai oleh Muhammadiyah dengan memadukan antara ilmu yang amaliah dan amal yang ilmiah.
“Jika diberi penekanan, maka ilmu amaliah dan amal ilmiah itu akan menghasilkan pejuang kebenaran dan keadilan.” Tutur Busyro.
Dalam konteks Indonesia, kebenaran dan keadilan yang paling dibutuhkan adalah dalam bidang ekonomi. Sebab dalam pandangan Ketua KPK ini, keadilan yang paling merana di Indonesia adalah keadilan ekonomi.
Namun demikian, pejuang kebenaran dan keadilan yang dilahirkan oleh PTMA bukan hanya dalam bidang ekonomi saja, tetapi juga bidang hukum, politik, sosial dan lain sebagainya yang menjadi tumpuan hidup orang banyak.