Jeddah, Panjimas – Soejantini (51) tak pernah menyangka akan pulang dari tanah suci tanpa sang suami, Suprapto Tarlim.
Suprapto tercatat sebagai jemaah pertama Indonesia yang meninggal dunia pada musim haji tahun ini.
Ia wafat hanya lima jam setelah check in di hotel Abraj Taba, Madinah, pada 25 Mei lalu.
Ditemui tim Media Center Haji di bandara Jeddah menjelang kepulangannya, Selasa (4/7), Soejantini semula terlihat tegar.
“Insya Allah saya kuat. Karena sepeninggal bapak saya sadar bahwa itu adalah ketetapan Allah, dan ketetapan Allah pasti yang terbaik untuk saya,” katanya.
“Yang menjadikan saya kuat, karena bapak kan meninggal di Baqi, jadi insya Allah langsung ke taman surga,” sambungnya.
Sebelum berangkat hingga tiba di Madinah, kata Soejantini, suaminya dalam kondisi sehat tanpa keluhan apapun.
“Yang sakit itu justru saya. Kalau bapak sejak sebelum berangkat ke asrama haji tidak ada keluhan sakit sama sekali,” ucapnya.
Bahkan saat tiba di hotel, Suprapto sempat mengantarkan istrinya ke kamar, lalu menumpang shalat di kamar sebelahnya.
Mulai dari sini, mata Soejantini perlahan basah mengenang detik-detik kepergian suami tercinta untuk selamanya.
“Keluar kamar mandi bapak teriak-teriak minta tolong, lalu saya dipanggil. Saya gosok dengan minyak kayu putih terus manggil dokter. Tiba-tiba saya merasa ada yang bisiki, kalau itu sudah kehendak Allah, dokter pun tidak akan bisa menolong suamimu,” katanya mengisahkan.
Di saat-saat terakhirnya, Suprapto sempat dua kali mengucapkan lafaz Allah mengikuti tuntunan Soejantini.
“Saya menjerit, saya rangkul suami saya lalu saya bilang La Haula Wala Quwwata Illa Billah. Bapak lihat saya lalu sempat bilang Allah…Allah, dua kali,” ujarnya.
Situasi penuh kepanikan itu menjadi momen terakhir kebersamaan Soejantini dan Suprapto di tanah suci.
Di ruang transit bandara Jeddah kemarin, Soejantini bersiap pulang ke tanah air. Ia mendorong dua koper kecil, satu di antaranya tanpa pemilik atas nama: Suprapto.