Mina, Panjimas – Jemaah haji Indonesia melanjutkan lempar jumrah ula, Australia, aqobah di jamarat Mina pada hari kedua yakni 11 Dzulhijjah (29/6/2023) setelah melakukan aqobah pada 10 Dzulhijjah (28/6/2023). Meski demikian tingkat kepadatan sedikit mereda dibanding hari pertama. Pemerintah mencatat masih banyak jemaah Indonesia yang tersasar sepulang dari jamarat.
Kasi Layanan Lansia Daker Madinah Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi Arief Nurawi mengakui, prosesi lempar jumrah pada hari tasrik sudah longgar tidak padat seperti saat jumrah aqobah. “Iya sudah longgar, puncaknya memang pas jumrah aAqobah,” ucap dia di Mina, Kamis (29/6/2023).
Menurut Arief, hal itu terjadi karena banyak jemaah haji setelah melaksanakan jumrah aqobah langsung melakukan tawaf iffadah, sai kemudian tahalul dan kembali ke hotel masing-masing untuk beristirahat. Selain itu, ada juga jemaah yang memang masih kelelahan setelah mengikuti rangkaian puncak ibadah haji.
Kepala Satuan Operasi (Kasatops) Arafah Muzdalifah Mina (Armina) Kolonel (Laut) Harun Ar Rasyid mengatakan keberadaan jemaah Indonesia yang berangkat maupun kembali dari arah jamarot kebanyakan tidak tahu arah tenda.
Dia mengatakan PPIH Arab Saudi berupaya membantu segala permasalahan yang dialami jemaah untuk diberikan solusi.
“Apalagi saat ini begitu datang jamaah dari Arafah kemudian Muzdalifah lalu datang ke Mina. Ketika kembali dari Jamarat para petugas akan membantu mencarikan jalan ke arah tenda,” kata dia.
Harun mengatakan jemaah haji di Mina harus menempuh perjalanan panjang saat lempar jumrah ke jamarat. Dari tenda pemondokan ke mulut terowongan jaraknya bervariasi 500 meter (m) hingga 1,5 km. Sementara panjang terowongan sekitar 2 km atau pulang pergi 4 km.
Dari pantauan, situasi di terowongan jamarat tidak padat seperti sebelumnya saat lempar jumrah aqobah. “Alhamdulillah, jamarat sekarang sudah lebih sepi, enggak kaya kemarin yang padat,” ujar Mahyudin (83) pada Kamis (29/6/2023).
Jemaah haji asal Aceh yang mendatangi Jamarat bersama rekannya ini mengaku, bersyukur bisa melaksanakan lempar jumrah yang merupakan wajib haji dengan lancar tanpa ada halangan. “Saya semangat terus, semoga dikasih kesehatan sama Allah jadi bisa laksanain ibadah haji sampai selesai,” ucapnya.
Seperti diketahui, lempar jamarat adalah bagian dari rangkaian prosesi ibadah haji sebagai perlawanan terhadap setan. Hal ini merupakan tindakan yang mencontoh Nabi Ibrahim ketika dia dan putranya, Nabi Ismail, mendapatkan godaan setan.
Lontar jumrah dilakukan dengan melempari batu ke tiang-tiang jamarat. Penjagaan dan pengawasan terus dilakukan oleh tim petugas haji di berbagai pos Mina.