Jeddah, Panjimas – Sebagian jamaah haji Indonesia berencana melaksanakan ibadah tarwiyah menjelang wukuf di Arafah. Tarwiyah biasanya dilaksanakan dengan cara berada di Mina pada 8 Dzulhijjah. Mereka bermalam dan baru meninggalkan Mina sebelum terbit matahari pada 9 Dzulhijjah.
Di sana jamaah akan melakukan perenungan, doa, dzikir, termasuk menunaikan shalat Dhuhur, Ashar, Maghrib, Isya’, dan Subuh. Meski sunnah, tarwiyah tidak termasuk dalam rangkaian manasik, baik rukun maupun wajib haji.
Ketua Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi Subhan Chalid mengatakan, pihaknya tidak bisa melarang tetapi juga tidak menganjurkan. Ia mengingatkan bahwa ibadah tarwiyah bisa jadi akan sangat berpengaruh pada stamina fisik pada puncak haji di hari-hari berikutnya.
“Jamaah perlu fokus mempersiapkan fisik untuk mendahulukan hal-hal wajib ketimbang sunnah,” kata di Makkah, Senin (19/6/2023).
Seperti diketahui, pada 9 Dzulhijjah seluruh jamaah haji sedunia akan kumpul di Padang Arafah untuk menjalani wukuf. Dua ratus ribu lebih jamaah haji Indonesia akan dimobilisasi ke sana sejak 8 Dzulhijjah 1444 H atau 26 Juni 2023 M sejak pagi hingga malam. Mereka bermalam di Arafah.
Sore hari pada 9 Dzulhijjah itu, mereka berangkat menuju ke Muzdalifah. Begitu melewati tengah malam, jamaah haji Indonesia lantas bergerak ke Mina untuk bermalam selama beberapa hari dan melakukan ritual lempar jumrah.
Menurut Subhan, kebutuhan energi saat di Mina sangat besar mengingat kegiatan jamaah semakin padat dan tanpa ada fasilitas kendaraan. Layanan bus Shalawat sendiri tidak beroperasi sejak tanggal 24 Juni hingga 1 Juli 2023 (6-13 Dzulhijjah).
Dengan demikian, tambahnya, ibadah tarwiyah berisiko menambah tingkat kepayahan jamaah, terutama lansia dan pemilik riwayat penyakit, sehingga menghambat kelancaran pokok-pokok ibadah haji yang semestinya diprioritaskan.
Kehadiran Negara
Direktur Bina Haji dan Umrah Kementerian Agama RI Arsad Hidayat mengatakan, setelah melalui kajian mendalam pemerintah secara khusus tidak memfasilitasi jamaah haji yang beribadah tarwiyah. Hal ini dikarenakan tenaga petugas akan terkonsentrasi di pergerakan jamaah menuju Arafah pada 8 Dzulhijjah itu.
“Mobilisasi jamaah dari pemondokan ke Arafah saja itu butuh waktu pagi sampai jam 12 malam. Kita tidak bisa membayangkan jika mobilisasi jamaah sebegitu banyak harus dilakukan di dua tempat, ke Mina dulu lalu ke Arafah,” ujarnya Selasa (20/6/2023).
Meski demikian, tambah Arsad, negara tetap akan hadir dalam bentuk pendataan dan pengawasan. Sejumlah petugas akan dikirim ke sana untuk memantau jamaah haji di Mina.
Arsad menyampaikan, mereka yang hendak melakukan ibadah tarwiyah di Mina harus membuat surat komitmen dan mendaftar lewat blangko daring yang disediakan. Hingga kini jamaah haji yang sudah mendaftar mencapai lebih dari tiga ribu.
Berkaca pada kasus tahun-tahun sebelumnya, grafik angka kematian harian potensial menanjak ketika memasuki hari ke-28 hingga hari ke-60. Dalam catatan Pusat Kesehatan Haji, puncak angka kematian harian tertinggi terjadi ketika jamaah haji berada di Arafah, Muzdalifah, dan Mina sampai dengan lima hari setelahnya.
Jika mengacu pada jadwal perencanaan, jamaah haji akan mulai meninggalkan Makkah pada 8 Dzulhijjah (26 Juni 2023) untuk menginap di Arafah lalu melaksanakan wukuf keesokan harinya.