Jakarta, Panjimas – Ketua Umum Pimpinan Pusat Persatuan Islam (PP Persis), Ustaz Jeje Zaenudin menyampaikan bahwa filosofi politik Persis adalah politik dakwah. Dalam bahasa lain, politik dakwah adalah politik nubuwah atau politik profetik yang menekankan kepada kekuatan dan kepemimpinan moral-spiritual.
“Oleh karena itu, memikirkan dan mengerjakan apa yang berdampak pada kemanfaatan, kemajuan, dan kejayaan umat lebih penting dan lebih didahulukan daripada berkontestasi atau berkompetisi siapa yang melakukannya,” demikian urai Ajengan Jeje dalam menjawab pertanyaan awak media yang sengaja menyambangi di kantor Pimpinan Pusat Persis, di Cipayung Jakarta Timur, Jumat (16/6/2023).
“Ini tentu saja tidak berarti kita boleh mengabaikan dan menyepelekan kepemimpinan formal-struktural,” sambungnya.
Ustaz Jeje menjelaskan, Persatuan Islam (Persis) berpegang kepada visi dan misi politik dakwah yang mengutamakan bagaimana bisa memberi peran, partisipasi, dan kontribusi terhadap kebaikan dan kemajuan umat, daripada sekadar perebutan posisi dan jabatan.
“Dalam teori dakwah, kontribusi positif bisa dilakukan oleh siapapun, dimanapun, dan jabatan apapun. Tidak melulu harus tergantung kepada posisi jabatan struktural,” ujarnya.
Mengenai dinamika politik internal dan eksternal yang mungkin terjadi dan untuk menyerap aspirasi politik umat, kemudian untuk dapat memberi rekomendasi dan rumusan kebijakan politik, lanjut Ustaz Jeje, maka PP Persis membentuk tim ad hoc di bidang siyasah.
“Tim ini membantu Bidgar Siyasah dalam menghadapi dan menyukseskan pemilu 2024,” tutup Ustaz Jeje.