Jeddah, Panjimas – Ada kebingungan sementara dari para keluarga yang apabila ada salah satu anggota keluarganya meninggal dunia (wafat) ketika menjalankan ibadah haji di tanah suci.
Bagi keluarga jemaah haji yang meninggal diharapkan tak risau terkait tempat penguburan jenazah. Meski nisan di Arab Saudi tak bernama seperti di Indonesia, namun bernomor sebagai penanda.
Perlu diketahui berdasarkan data Sistem Informasi Komputerisasi Sistem Haji Terpadu (Siskohat) Kemenag RI hingga Selasa 13 Juni 2023 pukul 21.00 Waktu Arab Saudi (WAS), jumlah jemaah haji yang meninggal sebanyak 59 orang.
Terbanyak dari embarkasi Surabaya (SUB) sebanyak 16 jemaah, kedua embarkasi Solo sebanyak 11 jemaah, embarkasi Jakarta Bekasi (JKS) 10 jemaah, dan Jakarta Pondok Gede (JKG) 6 jemaah, selebihnya Banda Aceh (BTJ) 3 jemaah, Kualanamu (KNO) 3 jemaah, Pelembang (PLM) 2, Ujungpandang (UPG) 2, Kertajati (KJT) 2, Batam (BTH) 1 jemaah, Balikpapan (BPN) 1 jemaah, Banjarmasin (BDJ) 1 jemaah, dan Lainnya 1 jemaah.
Ketua Petugas Pelaksana Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi Subhan Cholid menjelaskan bagi ahli waris atau warga Indonesia yang suatu saat akan berziarah ke tanah suci dan ingin melihat atau berziarah ke makam tersebut, datanya dan nomornya lengkap. Meskipun di makam itu tidak berupa batu nisan yang ditulis seperti di Indonesia.
“Di sana (Arab Saudi, red) ada nomor. Nomor itu yang terdata lengkap di komputer, di kantor adminstrasi pemakaman. Sangat jelas si A si B-nya. Yang penting bawa dokumen saja, dokumen apa saja yang menunjukkan orang tersebut dimakamkan di situ, entah itu paspor atau nomor kalau dia punya nomor, disana akan dicari dan dicocokkan,” jelas Direktur Pelayanan Haji Luar Negeri Kemenag RI.
Sedangkan dari 59 jemaah haji yang meninggal, mereka tersebar di Madinah, Makkah, dan Jeddah. Ada juga yang sudah wafat di pesawat dan kemudian tiba di Jeddah. Untuk proses pemakaman, Pemerintah Arab Saudi menyiapkan beberapa lokasi, tergantung pada situasi, ketersediaan, dan kesiapan lahan. Di Madinah biasanya dimakamkan di Pemakaman Baqi’.
“Untuk pemakaman di Makkah, sesungguhnya kami berusaha sebisa mungkin jemaah dimakamkan di Pemakaman Ma’la. Namun ada kriteria-kriterianya untuk bisa dimakamkan di Ma’la. Namun kami tidak pernah diberitahu kriterianya apa,” katanya.
Dalam upaya pemakaman jenazah jemaah haji di Ma’la, pihaknya sudah mengajukan dan mengusulkan. Tapi keputusannya di pengurus Arab Saudi.
“Kalau diterima ya diterima seperti dulu Mbah KH Maimun Zubeir. Mungkin karena tokoh agama di Indonesia. Tapi kita tidak pernah diberitahu kriterianya apa, mereka yang menentukan,” imbuhnya.
Meski begitu, pemakaman jemaah haji yang terbuka dan siap dipakai ada di wilayah Saroya. “Itu sebuah wilayah di dekat Arofah dan itu lahannya sudah disiapkan sangat luas,” tuturnya.
Kalau di Jeddah, nama tempatnya sama Saroya juga. Bahkan sudah beberapa jemaah haji yang dimakamkan di tempat tersebut setiap tahunnya.
“Memang Arab Saudi ini sudah sangat siap untuk pemakaman jemaah haji,” katanya.
Bahkan, Kementerian Haji Arab Saudi juga mempersiapkan diri untuk memproses dan mengurus jenazah jemaah haji Indonesia. Kalau di Jeddah itu melalui Maktab Wukala, kalau di Madinah itu melalui Syarikah Adila, kemudian di Makkah melalui Syarikah Masyari.
“Jadi prosedurnya, SOP-nya memang sudah disiapkan, insya Allah akan tertangani dengan baik. Secara administrasi sangat tertib,” tambahnya.
Terkait barang-barang ahli waris, kata Subhan, akan diangkut dan dikembalikan kepada ahli warisnya. “Itu namanya barang tirkah. Barang-barang bawaannya kita urus, kita proses, kita kembalikan ke ahli warisnya,” jelasnya.
Sedangkan imbauan untuk jemaah haji selama menjalankan ibadah haji, perlu diketahui proses di Bandara King Abdul Azis International Airport (KAAIA) Jeddah tidak seperti dulu. Dulu dikasih waktu sejam dua jam usai landing untuk revovery. Tapi sekarang karena jumlah jemaah haji semakin bertambah tapi tempatnya tidak bertambah. Nah Arab Saudi ingin jemaah haji itu lebih cepat menuju ke tempat tinggalnya.
“Mereka itu ingin jemaah haji segera keluar dari bandara langsung masuk ke bus dan berangkat ke Makkah, biar tidak lama. Sehingga jemaah haji diimbau sudah memakai kain ihram. Dan ini memang ada plus minusnya,” pungkasnya.